WahanaNews.co | Mahathir Mohamad buka suara atas ditunjuknya Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri (PM) Malaysia. Hal ini ia utarakan di akun media sosial Twitternya @chedetofficial.
Ia mengatakan selama pada mantan menterinya itu. Mahathir dan Anwar sendiri memiliki naik turun hubungan.
Baca Juga:
Ada Proyek IKN, Malaysia Siapkan Anggaran Rp 3,5 Triliun untuk Peningkatan Keamanan di Perbatasan
"Saya ucap tahniah kepada Dato' Seri Anwar Ibrahim @anwaribrahim di atas pelantikan sebagai Perdana Menteri Malaysia yang ke-10," katanya dalam bahasa Melayu dilihat, Jumat (25/11/2022).
"Selamat maju jaya," tambahnya seraya menulis namanya dalam huruf kapital beserta tanggal hari ini.
Diketahui Anwar Ibrahim yang juga disapa (DSAI/Dato Sri Anwar Ibrahim) manjadi PM Malaysia setelah penantian 25 tahun. Ia ditunjuk langsung oleh Raja Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah, Kamis.
Baca Juga:
Terkait Persoalan TKI di Malaysia, Anwar Ibrahim: Beri Waktu 2-3 Bulan Saya Mampu Menyelesaikan
Raja turun tangan mengumpulkan sembilan sultan. Ini akibat pemilu 19 November yang tidak bisa mencapai suara mayoritas.
Anwar sendiri sempat bersitegang dengan Mahathir Mohamad tentang bagaimana menangani krisis keuangan Asia 1997-1998. Mahathir memecat Anwar kala itu dan mengeluarkannya dari partai mereka Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO).
Di 2018, Anwar bersekutu dengan Mahathir selama pemilu. Ini terjadi kala keduanya menantang petahana Najib Razak, yang terperosok dalam skandal keuangan 1MDB bernilai miliaran dolar.
Aliansi mereka mencetak kemenangan bersejarah melawan UMNO dan Najib, yang kini menjalani hukuman penjara 12 tahun karena korupsi. Mahathir menjadi PM untuk kedua kalinya, dengan kesepakatan untuk menyerahkan jabatan kepada Anwar nanti.
Sayangnya, Mahathir tidak pernah memenuhi pakta itu. Aliansi mereka runtuh setelah 22 bulan, meninggalkan Anwar dengan tangan kosong.
"Perselisihan Mahathir-Anwar telah mendominasi dan membentuk politik Malaysia selama empat dekade terakhir," kata analis setenmpat dari Pusat Penelitian Pasifik Malaysia, Oh Ei Sun.
"Bergantian membawa keputusasaan dan harapan, kemajuan dan kemunduran dalam pemerintahan negara," tambahnya. [tum]