WahanaNews.co, Jakarta - Amerika Serikat (AS) menggunakan hak vetonya untuk menolak resolusi Dewan Keamanan PBB yang akan mengakui negara Palestina.
Anggota tetap lainnya di Dewan Keamanan PBB memilih untuk abstain dalam pemungutan suara tersebut.
Baca Juga:
Trump Ajukan Dua Syarat Untuk Tetap Gabung di WHO
"Sejarah akan mengingat tindakan AS terhadap upaya Palestina untuk menjadi anggota PBB," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam pernyataannya pada hari Jumat (19/4/2024).
"Pada tahun 2011, Palestina telah mengajukan permohonan keanggotaan, namun Dewan Keamanan PBB menunda keputusannya karena keberatan dari AS. Sekarang, 13 tahun kemudian, karena veto AS, upaya Palestina untuk menjadi anggota PBB kembali ditolak, menghancurkan impian rakyat Palestina yang telah lama. Sejarah dan masyarakat internasional akan mengingat tindakan AS yang bertentangan dengan banyak pihak," tegas Lin.
Rusia juga merespons dengan kemarahan terhadap tindakan AS yang menggunakan veto terhadap resolusi tersebut.
Baca Juga:
AS Tinggalkan UNESCO dan UNRWA, Trump Sebut PBB Penuh Bias
Menurut Moskow, tindakan AS tersebut mencerminkan sikap yang sebenarnya terhadap Palestina, yaitu menghalangi rekomendasi untuk keanggotaan Palestina di PBB.
Vasily Nebenzia, Wakil Tetap Rusia, menyatakan dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB bahwa menurut Washington, rakyat Palestina tidak memiliki hak atas negara mereka sendiri.
"Pertanyaannya pada dasarnya sederhana: apakah Palestina layak untuk menjadi bagian dari komunitas dunia dan terlibat sepenuhnya dalam semua keputusan kehidupan internasional," kata Nebenzia.
"Dengan menggunakan hak veto untuk kelima kalinya sejak eskalasi di Gaza dimulai, Amerika Serikat sekali lagi menegaskan sikap mereka terhadap Palestina. Bagi Washington, Palestina tidak berhak memiliki negara mereka sendiri. Mereka dianggap sebagai penghalang bagi kepentingan Israel," Nebenzia menegaskan.
"Nyetujuan veto oleh AS terhadap usulan resolusi tentang keanggotaan penuh Palestina di PBB merupakan usaha yang tidak berhasil untuk mengubah arah sejarah," tambah utusan Rusia tersebut.
"Penggunaan hak veto oleh delegasi AS hari ini merupakan upaya sia-sia untuk menghentikan arus sejarah yang tak dapat dihindari. Hasil pemungutan suara, di mana Washington secara praktis terisolasi sepenuhnya, telah membuktikannya," Nebenzia menegaskan.
Namun, sejarah tak akan pernah memaafkan aksi jahat Amerika Serikat tersebut, menurut diplomat itu.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]