WahanaNews.co | Ancaman keamanan dalam negeri Amerika Serikat (AS) kian mencemaskan. Pasalnya semakin sering terjadi penembakan massal yang menewaskan warga.
Terbaru, sebuah penembakan massal kembali terjadi di sebuah perayaan Hari Kemerdekaan AS di Highland Park, Chicago, Illinois, Senin (4/7/2022) waktu setempat. Penembakan itu menewaskan tujuh orang.
Baca Juga:
AS Laporkan 38 Penembakan Massal di Awal Tahun 2023
Wali Kota Highland Park Nancy Rotering mengaku tidak percaya bahwa penembakan massal mampu terjadi di kotanya.
Pasalnya, sebelumnya beberapa penembakan massal telah terjadi sebelumnya di wilayah lain seperti di Buffalo New York yang menewaskan 14 orang dan di Uvalde Texas yang menewaskan 21 orang.
"Anda mendengar hal-hal ini di berita. Dan itu mengerikan. Dan kemudian itu ada di halaman depan Anda sendiri. Dan Anda tidak bisa percaya itu nyata," katanya dalam sebuah wawancara dengan CBS sebagaimana dilansir AFP, Rabu, (6/7/2022).
Baca Juga:
Penembakan Massal di California Tewaskan 10 Orang, Pelaku Bunuh Diri
Para pelaku penembakan ini sendiri nyatanya disebutkan telah memperoleh senjata yang dimiliki secara legal. Bahkan, di beberapa kasus, penembakan sudah direncanakan beberapa minggu sebelum sang penembak mendapatkan izinnya untuk memperoleh senjata serbu otomatis.
"Senjata itu atas namanya. Senjata itu dibeli secara legal," kata Wakil Kepala Polisi Lake County, Chris Covelli, menggambarkan kepemilikan senjata yang dimiliki pelaku penembakan Chicago, Robert Crimo.
Penembakan massal acak seperti yang terjadi di Highland Park hanyalah salah satu komponen kekerasan senjata AS. Selain penembakan massal, penembakan dengan pistol yang melibatkan geng narkoba juga disebut sering terjadi di kota besar.
Arsip Kekerasan Senjata mendefinisikan "penembakan massal" sebagai insiden tunggal di mana setidaknya empat orang terluka atau terbunuh.
Dalam data resminya, badan itu menyebut ada 20 penembakan yang terjadi pada Hari Kemerdekaan 4 Juli, kebanyakan melibatkan pistol.
"Tidak harus seperti ini, namun kita sebagai bangsa terus membiarkan hal ini terjadi," kata Gubernur Illinois J.B. Pritzker. "Penembakan massal telah menjadi tradisi mingguan Amerika kami."
Meskipun seruan sering kepada pemerintah untuk melarang senapan serbu, anggota parlemen di Kongres AS tetap terbagi dalam masalah ini. Sebagian besar anggota dari Partai Demokrat mendukung dan di sisi lain, anggota Partai Republik kebanyakan menentang.
Setelah dua penembakan pada bulan Mei, Kongres mengambil tindakan terbatas, mengesahkan pemeriksaan latar belakang yang ditingkatkan untuk pembeli yang lebih muda.
Selain itu, Kongres juga mendukung undang-undang "bendera merah" yang memungkinkan pengadilan untuk sementara menghapus senjata dari mereka yang dianggap sebagai ancaman.
Namun hingga saat ini tidak ada kontrol baru pada penjualan senjata, yang mencapai 11,3 juta pada tahun 2020 saja. Pasca penembakan Chicago, anggota parlemen mulai kembali menyerukan tindakan lebih keras.
"Apa yang seharusnya menjadi perayaan kebebasan di Highland Park, Illinois kemarin berubah menjadi pembantaian karena komunitas kita dibanjiri senjata perang," kata Senator Demokrat Dianne Feinstein, yang telah lama menjadi pendukung larangan senapan serbu.
"Sangat memalukan bahwa kami membiarkan penembakan massal menjadi hal yang biasa di AS," katanya. [qnt]