Selain sebagai pusat bantuan kemanusiaan, lokasi-lokasi itu juga akan berfungsi sebagai basis bagi pasukan stabilisasi internasional, yang bertugas mendukung proses demiliterisasi dan menjaga ketertiban setelah penarikan pasukan Israel.
Dalam rancangan tersebut, Lembaga Kemanusiaan Gaza (GHF) yang selama ini menerima dukungan besar dari Amerika Serikat berpotensi akan digabung atau bahkan digantikan oleh sejumlah organisasi internasional lain.
Baca Juga:
Rudal Tomahawk AS: Idaman Ukraina-Mimpi Buruk Rusia
Di antaranya adalah cabang Palang Merah Uni Emirat Arab dan Maroko, serta lembaga amal Kristen Injili Samaritan’s Purse, yang dikenal aktif dalam misi kemanusiaan global.
Seorang pejabat Amerika Serikat menjelaskan bahwa rencana ini masih berada pada tahap konseptual dan belum ada keputusan final terkait pelaksanaannya.
“Masih terlalu dini untuk menyebut ini sebagai kebijakan resmi,” ujarnya.
Baca Juga:
Trump Gerak Cepat Cegah Israel Dihukum FIFA dan UEFA Jelang Piala Dunia 2026
Pernyataan serupa datang dari seorang pejabat kemanusiaan lain yang menegaskan bahwa dokumen tersebut “lebih seperti makalah konsep” daripada kebijakan formal pemerintah AS.
Sementara itu, pihak Gedung Putih menyebut masih ada berbagai opsi lain yang sedang dievaluasi untuk mempercepat dan mengefisienkan penyaluran bantuan kepada warga Gaza yang terdampak perang.
Jika akhirnya diadopsi, rencana tersebut akan menjadi perubahan besar dalam sistem bantuan kemanusiaan di Gaza, dengan menempatkan jaringan pusat bantuan internasional sebagai tulang punggung baru bagi proses stabilisasi dan rekonstruksi jangka panjang wilayah tersebut.