"Kejadian semacam ini bukan yang pertama kali. Saya mulai merenung apakah ini adalah contoh lain dari diplomasi tekanan, propaganda, atau provokasi yang dilakukan oleh AS," komentar Wang Wenbin.
Menurutnya, negara-negara di wilayah ini sudah memiliki tujuan dan kepentingan bersama dalam menjaga kedamaian dan kestabilan di Laut China Selatan serta bekerjasama dalam pembangunan.
Baca Juga:
Nvidia Tersungkur! DeepSeek Guncang Pasar, Saham Teknologi Terjun Bebas
"AS seharusnya sungguh-sungguh menghormati usaha negara-negara di wilayah ini untuk mempromosikan ketenangan dan stabilitas di Laut China Selatan. Harap berhenti campur tangan dalam masalah Laut China Selatan, menghindari memperburuk perselisihan dan menciptakan masalah baru, serta menahan diri agar tidak mengganggu perdamaian dan stabilitas di wilayah ini," tegas Wenbin.
Menhan Prabowo Subianto diketahui telah melawat ke AS pekan lalu untuk menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang komitmen pembelian 24 unit pesawat tempur F-15EX, jet tempur terbaru generasi 4.5 di markas besar Boeing di St. Louis, Missouri.
Dia juga menyaksikan penandatanganan pengadaan helikopter Sikorsky S-70M Black Hawk di fasilitas Lockheed Martin di Washington.
Baca Juga:
Perayaan Imlek, Ini Barang Wajib yang Dipercaya Membawa Rezeki
Prabowo juga melangsungkan pertemuan dengan sejumlah pejabat tinggi Amerika Serikat, termasuk Menteri Pertahanan Lloyd Austin.
China terlibat dalam konflik wilayah di Laut China Selatan dengan beberapa negara anggota ASEAN, termasuk Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
China menggunakan kerangka Sembilan Garis Putus-putus (nine dash line) yang didasarkan pada klaim historis pergerakan China di perairan tersebut. Karena itu, pemerintah Beijing berpendapat bahwa minimal dua pertiga wilayah di Laut China Selatan berada dalam yurisdiksi China.