WAHANANEWS.CO - Sebuah bentrokan melibatkan puluhan pekerja asal Kirgistan dan China pecah di desa Konstantinovka, Provinsi Chui pada Jumat (15/11/2025) dan memicu sorotan luas terhadap meningkatnya sentimen anti-China di Kirgistan.
Keributan yang terjadi akibat perselisihan terkait jalan itu berujung baku hantam antara pekerja konstruksi dari China Road & Bridge Corporation dan perusahaan Kirgistan Zhongzi, sementara polisi menahan 16 orang dan memanggil 44 lainnya termasuk pekerja China untuk dimintai keterangan serta membawa satu pekerja Kirgistan ke rumah sakit.
Baca Juga:
LRT Bandung Raya Dipercepat, Menhub Pastikan Dukungan Penuh untuk Koridor Utama
Otoritas Kirgistan berupaya meredam eskalasi dengan mengingatkan bahwa insiden ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan publik atas proyek-proyek yang didanai China dan arus masuk ribuan tenaga kerja China ke negara yang masih bergulat dengan kemiskinan tersebut.
Beijing dalam beberapa tahun terakhir memperluas pengaruhnya di Asia Tengah yang strategis dan kaya energi, sementara Kirgistan menjadi lokasi proyek infrastruktur besar seperti jalur kereta China–Kirgistan–Uzbekistan yang bernilai miliaran dolar dan digadang-gadang dapat mempercepat jalur perdagangan Timur–Barat hingga satu pekan.
Pemerintah Kirgistan menyerukan ketenangan usai bentrokan dengan Menteri Luar Negeri Jeenbek Kulubaev menolak anggapan bahwa tenaga kerja China membanjiri negara termiskin kedua di Asia Tengah itu seraya menegaskan, "Warga China bekerja berdasarkan visa kerja, kami punya rezim visa, ketika visa mereka habis mereka pergi."
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran: OIKN Lanjutkan Proyek IKN, Pembangunan Tuntas 2028
Daiyrbek Orunbekov dari kantor presiden juga mengecilkan isu etnis dengan menuliskan, "Konflik bisa terjadi di mana pun ada manusia—itu sifat alami, tidak tergantung etnis atau ras," sekaligus mengingatkan bahwa lebih dari 1,5 juta warga Kirgistan bekerja di luar negeri dan juga kadang terlibat perkelahian sehingga masyarakat diminta tidak mudah terprovokasi.
Namun pernyataan para pejabat itu belum cukup menenangkan publik karena ketidakpuasan terkait keberadaan pekerja China terus meningkat di tengah ekspansi ekonomi Beijing yang makin meluas di Kirgistan.
Para analis menilai sentimen anti-China mencerminkan kecemasan lebih luas karena sekitar seperempat dari total investasi asing langsung senilai US$873 juta yang masuk pada 2024 berasal dari China, sementara proyek-proyek besar yang didukung Beijing membawa masuk ribuan pekerja China yang meningkatkan harga sewa dan memperburuk kekurangan hunian.