"Pelajaran dari runtuhnya rezim Soviet dan partainya memperingatkan kami bahwa kepemimpinan mutlak partai terhadap militer merupakan isu fundamental, yang seharusnya diperkuat, bukan dilonggarkan," lanjutnya.
Sementara itu, pengamat politik yang berbasis di Chile, Chen Daoyin, berpendapat bahwa penting bagi partai komunis untuk menguasai militer suatu negara.
Baca Juga:
Badan Intelijen Korsel: Putri Kim Jong Un Sudah Amankan Narasi Revolusioner untuk Suksesi
"Pelajaran yang diambil dari runtuhnya Uni Soviet adalah gerakannya untuk mengubah militer Soviet menjadi militer nasional, bukan militer partai," tutur Chen.
Xi “Gaungkan” Kesetiaan Militer
Baca Juga:
Pertemuan Bilateral di Beijing, Presiden Prabowo dan Presiden Xi Perkuat Hubungan Indonesia-Tiongkok
Sementara itu, sejak Xi menjabat pada 2012, ia berkali-kali menegaskan kepada militer China untuk pentingnya "waspada" dan "setia."
Namun, profesor ilmu politik di Universitas Shanghai, Ni Lexiong, menilai apapun yang dilakukan Xi dan PKC menunjukkan militer China masih kekurangan kesetiaan.
"Semua yang ditegaskan dan dipromosikan partai menunjukkan itu [militer] masih kekurangan [kesetiaan], mengingat partai menghadapi tekanan yang semakin meningkat dari masalah domestik yang muncul akibat pandemi dan tantangan global imbas perang di Ukraina," kata Ni.