WahanaNews.co | Buat jaga-jaga di mana depan, Pemerintah Amerika Serikat (AS) berkeinginan untuk memiliki sejumlah pembom B-21 Raider.
Beberapa tahun yang lalu, Angkatan Udara AS telah menyatakan bahwa mereka ingin membeli sekitar 100 bomber siluman baru.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Kondisi pertempuran yang sudah semakin tidak terprediksi, sehingga taktik tempur pun harus bervariatif. Angkatan udara membutuhkan pesawat yang gesit.
Keserbagunaan itu merupakan nilai jual dari B-21 yang diharapkan relevan dengan kebutuhan perang di masa depan.
Pemerintahan Biden telah membuat kontrak sebesar USD 108 juta kepada Northrop Grumman untuk memasok B-21 dengan komponen yang diperlukan untuk pembuatan, lapor Defence View.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Untuk sekarang, hanya ada enam unit yang berhasil dibangun dan sedang diuji di darat, kemungkinan akan dipamerkan ke publik akhir tahun ini.
Dan jika semuanya berjalan lancar, debut terbangnya akan dilakukan pada tahun 2023. Proses uji coba ini berlangsung di fasilitas Northrop Grumman di Air Force Plant 42 di Palmdale, California.
Sebut saja B-52, B-1 dan B-2 yang sudah berumur dan membutuhkan perawatan maupun peningkatan besar setiap tahunnya.
Bahkan B-2 yang menjadi andalan AS yang disegani banyak negara sudah berusia lebih dari 30 tahun sejak dia pertama terbang.
Pemerintah AS akan memasok B-2 dengan sejumlah teknologi agar bomber tua ini mampu bertahan di peperangan modern.
Angkatan udara juga telah mempensiunkan bomber B-1B Lancer karena 17 di antaranya sudah tidak beroperasi.
Sekitar 30 tahun yang lalu adalah terakhir AS mengembangkan pesawat pengebom atau bomber. B-21 akan menjadi bomber antar benua strategis yang berkemampuan ganda, kutip 19FortyFive.
Salah satu peran penting dari bomber masa depan ini adalah melakukan misi serang menggunakan amunisi konvensional sampai nuklir.
“B-21 mampu menembus pertahanan udara musuh dan kemungkinan akan membawa muatan besar amunisi berpemandu presisi termasuk rudal jelajah dan mungkin senjata hipersonik”, kata Northrop Grumman.
Bomber B-21 juga memiliki kemampuan peperangan elektronik (EW) dan kapasitas untuk mengumpulkan data intelijen, pengawasan, dan pengintaian.
Raider dapat memperbarui perangkat lunaknya sendiri kapal saja, sehingga memberikan keunggulan dibandingkan pesawat lain yang lebih tua.
Dengan ini, bomber B-21 lebih mudah untuk ditingkatkan dan diintegrasikan dengan platform lain ketika kebutuhan/taktik perang berubah-berubah.
Sebagai contoh, B-21 dalam produksi telah memiliki perangkat lunak untuk sistem kontrol bahan bakar yang disertifikasi oleh proses digital.
Untuk menghadapi China?
Setidaknya, 100 B-21 untuk Angkatan Udara AS akan memberikan keleluasaan mereka dalam melakukan misi di wilayah Indo-Pasifik maupun Eropa.
Platform bomber ini memiliki banyak potensi untuk melawan China, mengingat kekuatan militer mereka terus berkembang setiap tahunnya.
B-21 harus memenangkan “perlombaan” ini, bomber AS ini memiliki kemampuan menyerang tanpa terlihat ke wilayah musuh.
Menurut 19FortyFive, jika program ini (B-21) berhasil tepat waktu, akan menjadi puncak prestasi bagi Angkatan Udara AS. [qnt]