WAHANANEWS.CO, Jakarta - Tangisan anak-anak di Gaza tak lagi terdengar, karena banyak dari mereka kini terdiam selamanya akibat kelaparan yang disengaja.
Setidaknya 66 anak Palestina dilaporkan meninggal dunia akibat gizi buruk selama agresi brutal Israel di wilayah Gaza.
Baca Juga:
Dibantu atau Diracun? Gaza Temukan Narkoba di Bantuan AS-Israel
Angka kematian ini mencerminkan kebijakan sistematis yang diduga dijalankan militer zionis, menghalangi masuknya bantuan pangan seperti susu, suplemen gizi, dan obat-obatan.
Kantor Media Pemerintah Gaza menyebut blokade Israel sebagai kejahatan perang.
Mereka menuduh Israel sengaja menjadikan kelaparan sebagai senjata pembunuh massal yang menargetkan warga sipil, terutama anak-anak.
Baca Juga:
Geger Gaza Berdarah, Netanyahu Bantah Ada Perintah Tembaki Sipil
"Kesunyian internasional yang memalukan terkait penderitaan anak-anak yang dibiarkan menjadi korban kelaparan, penyakit, dan kematian perlahan," demikian pernyataan resmi kantor tersebut, Sabtu (28/6/2025), dikutip dari Aljazeera.
Israel juga dituduh menolak masuknya bantuan kemanusiaan, sementara pasukan bersenjata mereka bahkan diperintahkan menembaki warga yang sedang antre bantuan.
Tuduhan ini diperkuat oleh laporan PBB yang menyebut lebih dari 410 warga Palestina tewas dan sekitar 3.000 lainnya luka-luka saat mencoba mengakses bantuan pangan.
UNICEF memperingatkan bahwa kondisi gizi anak-anak Gaza memburuk dengan sangat cepat. Pada Mei 2025 saja, 5.119 anak balita dirawat karena gizi buruk akut, naik drastis dari bulan sebelumnya.
“Setiap kasus ini dapat dicegah. Makanan, air, dan pengobatan gizi yang sangat mereka butuhkan diblokir sehingga tidak sampai kepada mereka,” ujar Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Edouard Beigbeder.
"Keputusan buatan manusia yang menelan korban jiwa. Israel harus segera mengizinkan pengiriman bantuan penyelamat nyawa secara besar-besaran melalui semua pos perbatasan," tegasnya.
PBB sebelumnya juga mengecam keras strategi Israel yang menjadikan pangan sebagai alat agresi.
Pada Mei lalu, badan dunia itu menyatakan bahwa "100 persen populasi" di Gaza berada dalam risiko kelaparan.
"Warga Gaza yang kelaparan terus dihadapkan pada pilihan tidak manusiawi: mati kelaparan atau mempertaruhkan nyawa demi mendapatkan makanan," kata Kantor HAM PBB.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]