WahanaNews.co | Media China membocorkan mengenai agenda besar negara Barat dan Amerika Serikat terhadap perang Rusia vs Ukraina.
Dalam laporannya, perang antara Rusia dengan Ukraina telah masuk dalam "buku panduan" negara-negara Barat dan Amerika Serikat.
Baca Juga:
Pertempuran Sengit, Rusia Lumat 9 Tank Ukraina Termasuk 4 Leopard-2
Bahkan, negara-negara Barat dan Amerika Serikat mendapatkan keuntungkan dari perang yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina.
Hal itu dikabarkan menurut klaim liar yang dibuat oleh koran China, The Global Times.
Negara-negara Barat mendapatkan keuntungan dari perang di Ukraina dengan sanksi yang diterapkan ke Rusia sebagai bagian dari "buku panduan".
Baca Juga:
Sejalan dengan Perjanjian Minsk, Rusia Respons Positif Usulan Perdamaian Prabowo
Klaim ini dibuat oleh China, seperti dilaporkan Daily Star.
Sementara itu, news.com.au melaporkan artikel dari The Global Times tersebut, yang mengecam gagasan untuk memaksakan boikot lebih lanjut di Rusia karena mengklaim langkah itu adalah bagian dari rencana AS.
“Untuk menjaga agar krisis Rusia-Ukraina jauh dari berakhir adalah tujuan yang jelas dari AS dan negara-negara Barat karena AS dan Uni Eropa sedang mempertimbangkan lebih banyak sanksi terhadap Rusia setelah dugaan 'kejahatan perang' yang tidak diverifikasi di Bucha terungkap," demikian papar laporan media China tersebut.
Cerita dari Global Times termasuk kutipan dari akademisi China yang mengklaim sanksi akan menguntungkan AS.
Direktur Institut Hubungan Internasional Renmin University of China, Wang Yiwei, mengatakan, ketegangan antara Rusia dan Ukraina sesuai dengan "buku panduan" AS.
Direktur riset energi ekonomi Xiamen University, Lin Boqiang, berupaya menjelaskan bagaimana negara-negara Barat dapat diuntungkan dari perang ini.
"Dalam kasus apapun, AS menjadi pemenang besar ketegangan Rusia-Uni Eropa. AS telah mencoba menjual gas mereka ke Uni Eropa. Mereka tidak bisa menjual gasnya karena harga yang terlalu tinggi," ujar Lin.
Rusia sudah dihantam oleh hukuman ekonomi besar dan ratusan perusahaan swasta telah berhenti bekerja dengan Rusia sejak serangan pada 20 Februari 2022.
Uni Eropa telah mengibarkan sanksi masa depan, dengan AS dan negara-negara NATO kemungkinan mengikuti, setelah tuduhan kejahatan perang diberikan kepada Rusia.
Gambar-gambar mengerikan telah muncul setelah Rusia diklaim menyerang kota Bucha dekat Kyiv, dengan klaim bukti pembunuhan dan pemerkosaan massal oleh tentara Rusia dan PBB dikirim untuk menginvestigasi.
Artikel Global Times dipublikasikan saat negara-negara Barat mempertimbangkan pemberian sanksi baru.
Kepala Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan, proposal sanksi di masa depan termasuk larangan impor batu bara, larangan kapal Rusia memasuki pelabuhan Uni Eropa dan larangan pada perusahaan Rusia memperebutkan kontrak Uni Eropa.
Rusia Rebut Kembali Kyiv
Kota Kyiv di Ukraina sebentar lagi akan jatuh ke tangan pasukan Rusia.
Kabar itu disampaikan Pemimpin Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov, Senin (11/4/2022).
Ramzan menyebutkan, pasukan Rusia masih akan terus bergerak dan menguasai sejumlah wilayah di Ukraina, termasuk di antaranya adalah Kota Kyiv.
Lewat kanal Telegram-nya, Kadyrov juga menyebut serangan-serangan masih akan terus terjadi untuk membebaskan wilayah Luhansk dan Donetsk secara penuh.
"Di sini akan ada serangan, tidak hanya di Mariupol, tetapi juga di tempat lain, kota dan desa. Luhansk dan Donetsk, pertama-tama kami akan membebaskannya secara penuh, dan kemudian mengambil alih Kiev dan semua kota lainnya," kata Kadyrov, seperti dikutip Reuters.
Kadyrov menegaskan tidak ada keraguan tentang mengambil alih Kyiv.
Ia menegaskan bahwa pasukan Rusia tidak akan mundur.
Kadyrov, yang sering menggambarkan dirinya sebagai kaki dari Presiden Vladimir Putin, telah berulang kali dituduh oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa melakukan pelanggaran hak.
Namun, Kadyrov selalu menyangkalnya.
Sebelum tunduk pada Rusia seperti saat ini, wilayah Chechnya telah dua kali berperang dengan pasukan Rusia sejak Uni Soviet pecah pada 1991.
Wilayah berpenduduk mayoritas Muslim di Rusia selatan ini akhirnya tunduk setelah pemerintah Rusia menggelontorkan sejumlah besar uang ke wilayah itu untuk pembangunan.
Putin juga memberi Kadyrov otonomi yang sangat luas pada Chechnya.
Pekan lalu, Penasihat keamanan nasional Presiden AS Joe Biden, Jake Sullivan, menyebut Rusia berencana mengubah strategi perangnya dengan menumpuk ribuan pasukan di wilayah timur dan selatan Ukraina.
Di wilayah selatan, Rusia diprediksi akan berusaha menahan kota Kherson untuk mengontrol aliran air ke Krimea, wilayah yang mereka caplok taun 2014 silam.
Langkah selanjutnya yang diprediksi AS adalah Rusia akan melancarkan serangan udara dan rudal yang lebih intens di seluruh wilayah Ukraina.
Rusia kini terus didesak untuk segera masuk ke ruang pengadilan setelah adanya indikasi kejahatan perang di Bucha, wilayah sekitar ibukota Kiev.
Hari Minggu (3/4/2022) pekan lalu, ratusan jasad warga sipil ditemukan di jalan-jalan Bucha.
Beberapa di antaranya dalam kondisi terikat dan ditembak dari jarak dekat. [gun]