WahanaNews.co | Invasi yang dilakukan Putin atas Rusia yang menyerang Ukraina merupakan sebuah rencana yang gagal.
Awalnya, invasi ini ditargetkan akan selesai 72 jam sebelum dunia bereaksi, namun nyatanya Putin salah perhitungan.
Baca Juga:
Soal Konflik di Ukraina, Presiden Erdagon Ungkap Putin Ingin Perang Berakhir
Karena kegagalan tersebut, akhirnya Rusia di bawah Putin melakukan pendekatan militer yang lebih manuver dengan hanya melawan gencatan senjata di Kyiv dan bergerak mengepung di kota Ukraina lainnya seperti kota Chernihiv, Sumy, Kharkiv, Donetsk, Mariupol dan Mykolaiv.
Faktanya, rencana tersebut juga gagal. Pasukan Rusia dinilai terlalu kecil untuk mendominasi negara sebesar Ukraina dengan pertahanan militer yang dinamis.
Militer Rusia pun dipimpin dengan buruk dan tersebar di sekitar empat front terpisah, dari Kyiv sampai Mykolaiv, tanpa komandan keseluruhan.
Baca Juga:
Presiden Ukraina Tuduh Putin Sebagai Dalang di Balik Kematian Bos Wagner Group
Rencana Baru pun digaungkan Putin dengan menyerah di Kyiv, kemudian mencoba mengepung Operasi Pasukan Gabungan Ukraina (JFO). Namun, apakah proses dari semua rencana tersebut efektif?
Nyatanya, setiap aksi militer Rusia yang signifikan kemungkinan akan menciptakan pemberontakan besar tanpa akhir dari jutaan warga Ukraina.
Selain itu, kebangkrutan yang dialami Putin pada bulan Februari dengan rencana awal invasinya membuat skema bahwa rencana-rencana selanjutnya akan lebih membuat Rusia bangkrut. Akibatnya, Rusia perlu menekan biaya yang besar.
Dilansir dari BBC, menurut professor of defence studies, King's College London, Michael Clarke, satu-satunya cara yang dapat dilakukan Rusia jika ingin menang adalah dengan harus terus berperang di Ukraina, baik melawan penduduk, atau melawan tentara Ukraina, dan sangat mungkin keduanya secara bersamaan.
Pun begitu, Rusia juga tidak boleh berlebihan menyerang selama di Kyiv karena dapat menuntut penarikan Rusia dan dijatuhi konsesi melarang serangan ke Ukraina oleh beberapa pihak.
Konsistensi barat juga diperlukan Rusia. Ketergantungan Eropa terhadap gas Rusia membuat Eropa tidak akan memberikan sanksi kuat terhadap Rusia dalam waktu dekat.
Tidak ada jalan kembali bagi Vladimir Putin secara pribadi. Satu-satunya strategi politiknya adalah membuat perang di Ukraina menjadi sesuatu yang lain, yakni bagian dari perjuangan untuk kelangsungan hidup Rusia melawan 'Nazi' dan 'imperialis' Barat yang menikmati kesempatan untuk menjatuhkan Rusia.
Itulah mengapa cocok bagi Putin dan Rusia bahwa saat ini mereka sedang menghadapi The Great Patriotic War 2.0. [rin]