WahanaNews.co | Sebuah ledakan
beruntun mengguncang Yangon, yang merupakan kota terbesar Myanmar, Sabtu
(1/5/2021).
Sementara itu, gelombang demonstrasi menolak junta militer yang tengah
berkuasa di Myanmar saat ini pun terus berlanjut memasuki bulan keempat.
Baca Juga:
Bertahan di Rakhine, Etnis Rohingya Seolah Hidup Tanpa Harapan
Sejak pemimpin de facto
Myanmar, Aung San Suu Kyi, dikudeta pada 1 Februari lalu, telah terjadi
perlawanan rakyat melawan penguasa militer.
Kini, memasuki bulan keempat junta militer berkuasa, demonstrasi teris
terjadi.
Para demonstran pun menggunakan strategi baru untuk menghindari jadi
korban peluru dan kekerasan aparat militer.
Baca Juga:
Aung San Suu Kyi Divonis 6 Tahun Penjara
Salah satunya dalam aksi demonstrasi di salah satu kawasan komersial
Yangon.
Salah satu aktivis, Han Htet, mengatakan, mereka harus bergerak cepat
ketika pasukan keamanan tiba.
"Jika tidak mereka akan tewas atau tertangkap," kata Gtet, seperti
dilansir dari AFP.
Kesaksian Bom Meledak Dekat Sekolah
Salah satu warga sekitar mengatakan, bom meledak tak jauh dari sebuah
sekolah di Insen, Yangon.
Bom tersebut meledak sekitar pukul 10.00 waktu setempat.
"Beberapa petugas keamanan datang untuk memeriksa area ledakan, tapi
saya hanya bisa melihat dari kejauhan, dari rumah saya, karena saya takut
mereka menahan saya," ujar salah satu saksi yang kediamannya berada tak jauh.
Menjelang Sabtu sore, dua ledakan lagi terjadi di Yankin.
"Saya pikir itu petir," ujar salah satu warga sekitar yang mendengarkan
ledakan tersebut terjadi.
Berdasarkan laporan kantor berita Myanmar, seorang perempuan terluka
akibat ledakan di Yankin tersebut.
Belum ada yang menyatakan bertanggung jawab atas ledakan-ledakan yang
terjadi di Yangon tersebut.
Di satu sisi, kelompok pemantau lokal menyatakan di seluruh wilayah
negeri itu setidaknyaq mendekati 160 warga sipil antikudeta yang terbunuh.
Sementara itu junta melaporkan jumlah korban yang jauh lebih rendah.
Belum lagi konflik militer Myanmar dengan kelompok pemberontak, Serikat
Nasional Karen (KNU), yang semakin bergerak sejak aksi kudeta berlangsung pada
1 Februari lalu.
Konflik itu pun telah membuat warga sipil di basis pemberontakan KNU
harus mengungsi ke perbatasan Thailand.
Konflik lain adalah kelompok tentara kemerdekaan Kachin yang juga mulai
menunjukkan kiprah di wilayah utara Myanmar. [dhn]