Ribuan pengunjuk rasa itu merangsek masuk ke gedung dan merusak sejumlah fasilitas di gedung Mahkamah Agung dan kongres.
Unjuk rasa itu dipicu penolakan hasil pemilihan presiden pada 30 Oktober lalu. Pesaing Bolsonaro, Luiz Inacio Lula da Silva, menang tipis dari dia.
Baca Juga:
Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Dorong Sinergi Ekonomi Dua Negara
Bolsonaro pun menaruh curiga dari hasil pilpres tersebut. Para pendukung garis kerasnya pun ikut mempertanyakan hasil pemilu.
Di tengah kerusuhan itu, Lula meneken dekrit intervensi federal di Brasilia. Dekrit ini memberi kekuasaan khusus pada pemerintah untuk memulihkan hukum dan ketertiban di ibu kota.
"Para fanatik fasis melakukan yang tak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah negara ini. Kami akan memburu para vandal tersebut, dan mereka akan dijatuhi hukuman setimpal," ucap Lula, seperti dikutip AFP.
Baca Juga:
Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia pada Energi Terbarukan
Bolsonaro pun telah buka suara menanggapi protes pendukungnya. Dia mengecam demonstrasi yang dilakukan loyalisnya tersebut dan mengatakan "demonstrasi yang damai dan menghormati hukum merupakan bagian dari demokrasi" yang tepat.
"Namun, penghancuran dan penyerbuan gedung-gedung publik seperti yang terjadi saat ini, serta yang dilakukan oleh kaum kiri pada 2013 dan 2017, sudah melanggar aturan," ujarnya seperti dilansir dari CNN.
"Sepanjang mandat saya, saya selalu bertindak sesuai dengan Konstitusi, menghormati dan membela hukum, demokrasi, transparansi dan kebebasan suci kita."