WahanaNews.co, Jakarta - Selama beberapa minggu terakhir, kedatangan ribuan pengungsi Rohingya di pantai Aceh jadi sorotan.
Menurut Ahmad Marzuki, yang bertanggung jawab atas urusan Gubernur Aceh, pengungsi tersebut saat ini ditempatkan di lokasi penampungan di daerah Pidie, Sabang, dan Lhokseumawe.
Baca Juga:
Polres Subulussalam Berhasil Amankan Tiga Orang Terduga Pelaku TPPO Rohingya
UNHCR mencatat total pengungsi yang berada di Aceh hingga pertengahan Desember mencapai 1.608 jiwa, termasuk 140 orang yang bertahan dalam satu tahun terakhir.
Gelombang kedatangan orang Rohingya ke Aceh diwarnai sentimen negatif warganet Indonesia. Bahkan, narasi kebencian dan hoaks soal Rohingya marak beredar di media sosial.
Kedatangan para pengungsi Rohingya ke Indonesia tak terlepas dari konflik etnis yang sedang berlangsung di Myanmar.
Baca Juga:
Pemerintah Aceh Barat: Tidak Bisa Catat Pernikahan Pasangan Rohingya
Mereka melarikan diri dari negara tersebut dengan harapan menemukan tempat aman untuk bertahan hidup dan memperbaiki kondisi kehidupan mereka.
Sejarah konflik Rohingya berakar dari Arakan Utara, yang mencakup kota-kota Maungdaw dan Buthidaung. Sejak akhir abad ke-18, wilayah ini telah menjadi saksi berbagai kerusuhan dan gelombang pengungsi.
Ribuan warga Rohingya mengungsi ke wilayah yang sekarang dikenal sebagai Bangladesh dalam empat periode berbeda, yakni akhir abad ke-1700-an dan awal abad ke-1800-an, tahun 1940-an, tahun 1978, dan terakhir pada tahun 1991 dan 1992, seperti yang dilaporkan oleh Human Rights Watch.