WahanaNews.co | Perang antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung selama setahun. China tak ragu membelanjakan uangnya untuk membeli barang-barang Rusia seperti minyak dan gas yang melanggar sanksi internasional.
Selain itu, perusahaan China telah mengabaikan sanksi internasional terhadap produk keuangan.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Maria Shagina, pakar sanksi ekonomi di International Institute for Strategic Studies, mengatakan China tidak secara terbuka memasok senjata ke Rusia.
Namun, negara tersebut mungkin diam-diam menjual produk berteknologi tinggi yang dapat digunakan untuk keperluan militer. China menjadi mitra dagang penting bagi Rusia. Pasalnya, Rusia berusaha melunakkan dampak sanksi ekonomi dari beberapa negara sebagai respon atas invasi Ukraina.
Dukungan China untuk Rusia bersifat retoris dan politis, yang membantu mencegah upaya memojokkan Rusia di forum global Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Seperti yang ditulis editor Urusan Luar Negeri James Palmer, sentimen anti-Amerika di media pemerintah China telah meningkat sejak insiden bola mata-mata dimulai.
Sebagian besar berfokus pada perang Rusia di Ukraina, yang digambarkan China sebagai tanggapan atas invasi NATO. Ini adalah wajah kebijakan China di Ukraina, di mana bantuan ke Rusia dibenarkan secara moral dan dapat digunakan untuk menghukum sekutu AS. Selain itu, ini menunjukkan upaya geopolitik Amerika dan Eropa yang tidak berharga.
China dengan cara apapun selalu mendukung serangan Rusia ke Ukraina. Pembuat kebijakan harus mengandalkan ini sejak awal.
Selama perang, ekonomi Rusia mengalami perubahan struktural jangka panjang, mulai dari pengeluaran defisit hingga penutupan pasar luar negeri.
Rusia pun semakin bergantung kepada China untuk modal dan sumber daya. Sementara, China secara efektif menopang Rusia karena alasan geopolitik.
Saat negara Barat memutuskan hubungan dengan Rusia, perdagangan China dan Rusia mencapai rekor tertinggi sebesar USD190 miliar pada 2022. [ast/eta]