WahanaNews.co | Ketegangan di Laut Natuna Utara antara China dan negara-negara yang berada di perairan tersebut semakin meningkat.
Bahkan China tak ragu memperlihatkan
keagresifannya dalam upaya merebut wilayah perairan Laut Natuna Utara yang selama ini disengketakan.
Baca Juga:
J-10C China Jadi Primadona Tempur Usai Rontokkan Rafale, Saham Meledak 53%
Selama ini China mengklaim kepemilikan
perairan Laut Natuna Utara
yang kaya akan sumber daya alamnya.
Namun klaim China atas Laut Natuna Utara dipatahkan oleh PBB berdasarkan undang-undang laut internasional atau United Nations Convention
for the Law of the Sea (UNCLOS).
China yang tak mundur sedikit pun sedikit demi sedikit mulai melanggar batas yang
ditetapkan.
Baca Juga:
Asia Selatan Memanas, China Ancam Turun Gunung Jika Pakistan Diserang
Angkatan militer negeri tirai bambu
tersebut bahkan mengerahkan pasukannya untuk selalu berlatih demi berjaga-jaga
jika suatu saat terjadi peperangan.
Belum lagi China baru-baru ini
mengesahkan undang-undang yang memperbolehkan penjaga laut mengambil aksi
maupun menembaki kapal asing yang berani menjamah wilayahnya.
Selain itu, China disebut telah
memperbanyak peralatan canggih untuk mendukung kekuatan militer mereka.
Baru-baru ini citra satelit menangkap pergerakan China yang begitu agresif. China kepergok membangun pangkalan militer
besar-besaran di Laut Natuna
Utara.
Sebagaimana diberitakan laman News Australia, citra satelit menangkap
aktivitas mengkhawatirkan China, saat membangun pangkalan militer di
pulau-pulau buatan yang kontroversial dan berada di perairan Laut Natuna Utara.
Berdasarkan laporan dari perusahaan
perangkat lunak geospasial Simularity,
mereka menangkap tanda-tanda pembangunan infrastruktur seperti radar, antena,
dan berbagai pendukung pangkalan militer di Mischief Reef.
Dilihat dari atas, pangkalan militer
tersebut terlihat seperti terumbu karang berbentuk cincin.
Pangkalan militer tersebut terletak 250
kilometer dari Filipina, dan daratan tersebut telah dikendalikan China sejak 1995.
Gambar dari citra satelit menunjukkan
adanya konstruksi di tujuh area antara Mei 2020 hingga Februari 2021.
Sebuah gambar yang tertanggal 7 Mei 2020
memperlihatkan dengan jelas plot ruang kosong, yang saat ini ditempati oleh
struktur silinder selebar 16 meter yang diklaim Simularity sebagai struktur
pemasangan antena.
Pada gambar lain juga menunjukkan adanya
struktur beton dengan kubah bulat, yang tak lain adalah penutup cuaca untuk
melindungi antena dan radar.
Simularity menyatakan bahwa kubah yang nampak
tersebut adalah struktur radar tetap.
Dr Jay Batongbacal, Direktur Institute for Maritime Affairs Law of the
Sea dari Universitas Filipina, mengatakan, infrastruktur baru
menunjukkan bahwa China sedang menggali di Laut Natuna Utara.
"Mereka pada dasarnya menambahkan
peralatan lensa survei. Tampaknya radar sudah ada banyak di terumbu karang,"
ujar Jay.
"Penambahan radar baru tampaknya
menunjukkan bahwa China benar-benar memperluas kemampuan pulau buayan ini," katanya menambahkan.
Tentu peristiwa seperti ini bukan kali
pertama, China memang kerap memicu ketegangan di Mischief Reef.
Pada 2016 lalu, Pengadilan Permanen
Arbitrase di Den Haag memutuskan bahwa Mischief Reef berada di zona ekonomi eksklusif Filipina. [dhn]