WahanaNews.co | Joe Biden akan
menjadi Presiden Amerika Serikat ke-46. Seperti diberitakan WahanaNews sebelumnya, berdasarkan Associated
Press, Joe Biden telah memenangi Pilpres
AS 2020 dengan perolehan 290 suara elektoral.
ass="MsoNormal" style="background:#EBEBEB">Joe
Biden berhasil menguasai Pennsylvania (20 suara elektoral) dan Nevada (6 suara
elektoral) setelah 3 hari jumlah suara elektoral tak berubah.
Baca Juga:
Benarkah AS Tak Lagi Adidaya? Ini 3 Penyebab Runtuhnya Amerika Versi Warganya Sendiri
Ia kini
dipastikan melaju ke Gedung Putih, meninggalkan Donald Trump yang hanya
mengumpulkan 214 suara elektoral.
Tiga negara bagian belum menyelesaikan perhitungan, yaitu
North Carolina (15), Georgia (16), dan
Alaska (3). Tapi takkan
memungkinkan lagi digunakan Trump untuk mengejar suara elektoral milik Biden.
Lantas, apa arti kemenangan Joe Biden bagi dunia
internasional? Berikut
penjelasannya, sebagaimana dirangkum WahanaNews dari berbagai sumber.
Baca Juga:
Teror Drone Kamikaze Guncang Pangkalan Irak, Siapa Dalangnya?
China
Sudah
menjadi rahasia umum, hubungan Amerika Serikat dengan negara China memanas saat
Donald Trump menjadi Presiden.
Ini
terbukti adanya perang dagang yang melibatkan dua negara besar di dunia ini.
Koresponden
BBC, John Sudworth, menyebut, Trump tercatat beberapa kali menjatuhkan
sanksi kepada China.
Termasuk
juga menuding China sebagai biang kerok atas pandemi Covid-19 yang melanda
dunia.
Sehingga, dengan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden, sepertinya akan membawa angin segar kepada China.
Disebutkan, negara yang dipimpin oleh Xi Jinping ini akan memperbaiki
hubungannya dengan Amerika Serikat.
"China
mungkin, tentu saja, mencoba mencari keuntungan dalam kesediaan Joe Biden untuk
bekerja sama dalam masalah besar seperti perubahan iklim. Termasuk juga untuk
bekerja memperbaiki aliansi dengan Amerika," kata John.
Iran
Tidak
jauh berbeda dengan China, negara Iran juga memiliki hubungan buruk saat Trump
menjadi Presiden.
Hal di
atas tidak lepas dari kebijakan Trump yang dinilai terus memberikan tekanan
terhadap Iran,
sehingga membuatnya mengalami guncangan ekonomi.
Selain
itu, instruksi Trump untuk melakukan
pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani, teman dekat Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, semakin memperkeruh keadaan.
Masih
dilansir dari BBC, koresponden Persian Service, Kasra Naji, menyebut, terpilihnya Joe Biden membuat negosiasi
dengan pemerintah Amerika Serikat jauh lebih mudah bagi Iran.
"Presiden
terpilih Biden mengatakan, dia
ingin menggunakan diplomasi dan kembali ke kesepakatan nuklir dengan
Iran," tulis Kasra.
Kasra
menambahkan, jutaan orang Iran yakin masa depan mereka bergantung pada hasil
dan berharap kemenangan Biden yang akan membuat ketegangan kedua negara mereda.
Indonesia
Partai
Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia memandang, terpilihnya Biden sebagai
Presiden AS tetap tidak akan signifikan mengubah kebijakan Amerika Serikat di
indonesia.
Menurut
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Partai Gelora, Henwira Halim, sejak Barack Obama menjadi Presiden AS
hingga Donald Trump, kebijakan Amerika Serikat terhadap Indonesia AS tidak
berubah.
"Tetapi
impact (dampaknya -red) pada
Indonesia dengan terpilihnya Biden akan membuka lebih banyak ruang untuk
negosiasi antara AS dan RRC (China -red). Di mana Indonesia akan memiliki kesempatan lebih besar untuk berperan penting meredakan ketegangan
di kawasan," kata Henwira, melalui
keterangannya, Minggu (8/11/2020).
Menurut
Henwira, ketegangan antara Amerika Serikat dan China akan tetap berlanjut dalam
hal unjuk kekuatan pertahanan dan militer.
Amerika
Serikat tetap akan menggelontorkan anggaran besar untuk mengimbangi kekuatan
militer China.
"AS
selalu memandang harus ada perimbangan terhadap perkembangan militer RRC
terutama aktivitas mereka di Kawasan Laut China Selatan. Kerjasama pertahanan
ini yang harus dimanfaatkan betul Indonesia," katanya.
Henwira
mengatakan, Amerika Serikat memandang Indonesia sebagai jangkar ASEAN yang
berpotensi sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan negeri tirai bambu di Laut
China Selatan.
Indonesia
dinilai Amerika Serikat dan juga China merupakan negara ASEAN yang memiliki
kredibilitas tinggi sebagai negara yang netral.
"Karena
itu, Indonesia bisa berkontribusi meredakan ketegangan antar kedua kekuatan
global tersebut, AS dan China. Indonesia harus aktif melakukan pendekatan
kepada keduanya untuk mencari cara pendekatan alternatif yang dapat mengurangi
ketegangan militer," tandasnya. [dhn]