WAHANANEWS.CO, Jakarta - Hamas menginginkan kesepakatan komprehensif untuk mengakhiri invasi Israel di Gaza dan menukar semua sandera Israel dengan warga Palestina yang dipenjara di Negeri Zionis itu.
Pernyataan itu disampaikan salah seorang pejabat senior dari kelompok militan Palestina tersebut, yang sekaligus menolak tawaran gencatan senjata sementara dari Israel.
Baca Juga:
Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Rusia Kunjungi Korea Utara Pekan Ini
Dalam pidato yang disiarkan di televisi, Khalil Al-Hayya, pejabat Hamas di Gaza yang memimpin tim negosiasi gencatan senjata, mengatakan bahwa mereka tidak akan lagi menyetujui kesepakatan sementara.
Hayya menyebut bahwa Hamas siap segera terlibat dalam "negosiasi paket komprehensif" untuk membebaskan semua sandera yang tersisa dalam tahanan mereka sebagai imbalan atas diakhirinya perang Gaza.
Kesepakatan itu juga disertai pembebasan warga Palestina yang dipenjara oleh Israel, dan pembangunan kembali Gaza.
Baca Juga:
Banyak Warga RI Dukung Invasi Rusia, Ternyata Ini Alasannya
"(Benjamin) Netanyahu dan pemerintahannya menggunakan perjanjian parsial sebagai kedok untuk agenda politik mereka, yang didasarkan pada kelanjutan perang pemusnahan dan kelaparan, bahkan jika harganya adalah mengorbankan semua tahanannya (sandera)," kata Hayya, seperti dilansir Reuters.
"Kami tidak akan menjadi bagian dari kebijakan ini," tegas dia.
Para mediator Mesir telah berupaya untuk menghidupkan kembali perjanjian gencatan senjata Januari, yang menghentikan pertempuran di Gaza sebelum runtuh bulan lalu, tetapi hanya ada sedikit tanda kemajuan, setelah Israel dan Hamas saling menyalahkan.