Sebab,
kuantitas yang besar namun sama sekali tidak bisa digunakan atau dioperasikan
sama saja dengan omong kosong.
Terlebih
indeks GFP hanya menitikberatkan pada aspek kuantitas dantidak mengukur
atau melihat kesiapan tempur angkatan perang sebuah negara.
Baca Juga:
Sejarah Panser Ferret Legendaris di Tubuh Militer Indonesia
"Semisal,
dengan kemampuan kita sekarang, berapa lama kita mampu berperang. Jadi,
kesiapan tempur tidak hanya soal kekuatan, tetapi juga kemampuan," kata Khairul.
Khairul
pun mengingatkan bahwa dalam indeks GFP terdapat variabel penting yang belum
dimasukkan sebagai indikator, yakni faktor kemampuan riset suatu negara.
Sebab,
negara-negara dengan kemampuan militer yang kuat didukung oleh kemampuan riset
yang maju, selain dukungan anggaran riset yang besar.
Baca Juga:
Mengenal Airbus A400M, Pesawat Angkut Militer yang Bakal Dimiliki Indonesia
"Sebagai
acuan tentu indeks GFP boleh digunakan meski tidak untuk dibanggakan. Kalau
hanya bersandar pada angka kekuatan yang dirilis oleh indeks GFP ini, kita bisa
ditertawakan. Sebab, selain kuantitas, harus diperhitungkan juga kualitas alat
atau alutsista, kualitas pengguna beserta kesiapannya. Ini tidak bisa dilihat
separuh-separuh," tutur Khairul. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.