WahanaNews.co | Pemerintah Kuba menilai tuduhan Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia sebagai "propaganda histeria," dan menentang ekspansi NATO ke Eropa timur. Hal itu dikatakan Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez Parrilla.
"Kami sangat menolak histeria media dan propaganda yang dipicu oleh pemerintah AS terhadap Rusia, dan kami dengan tegas menentang ekspansi NATO ke perbatasan negara saudara itu," katanya dalam sebuah postingan Twitter seperti dilansir dari TASS, Minggu (20/2/2022).
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Barat dan Kiev telah menggemakan tuduhan tentang potensi invasi Rusia ke Ukraina. Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengecam klaim ini sebagai "kosong dan tidak berdasar", berfungsi sebagai taktik untuk meningkatkan ketegangan, menunjukkan bahwa Rusia tidak menimbulkan ancaman apa pun kepada siapa pun.
Namun, Peskov tidak mengesampingkan kemungkinan provokasi yang bertujuan untuk membenarkan klaim tersebut dan memperingatkan bahwa upaya untuk menggunakan kekuatan militer guna menyelesaikan krisis di tenggara Ukraina akan memiliki konsekuensi serius.
Selama berbulan-bulan AS dan NATO mengkhawatirkan keberadaan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina. The New York Times melaporkan para pejabat AS saat ini memperkirakan bahwa Rusia memiliki hingga 190.000 tentara yang ditempatkan di sepanjang perbatasan Ukraina dan di wilayah timur negara itu.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Klaim dari pejabat Rusia bahwa mereka mengurangi jumlah pasukan awal pekan ini dibantah oleh NATO dan AS, yang menyebut bahwa Rusia tampaknya melakukan yang sebaliknya.
Gedung Putih percaya bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin bermaksud untuk melancarkan serangan ke Ukraina dalam beberapa hari mendatang, menargetkan ibu kotanya, Kiev. Para pemimpin di wilayah Ukraina yang didukung Rusia meminta unit militernya untuk memobilisasi pada hari Sabtu.
Ukraina telah menuduh Rusia berusaha menciptakan dalih untuk invasi. Moskow dengan tegas membantah tuduhan itu. Pada hari Jumat, wilayah Donetsk dan Lugansk yang memisahkan diri mengumumkan evakuasi mendesak warga sipil ke Rusia, mengutip kekhawatiran akan ancaman "terobosan" oleh pasukan Ukraina, yang juga dibantah oleh Kiev.
Para pemimpin dua republik separatis di Ukraina timur memerintahkan perempuan dan anak-anak untuk melarikan diri dan sesegera mungkin menuju Rusia.
Wilayah mereka yang miskin dan industri yang dikuasai pemberontak di Ukraina telah menjadi pusat ketegangan selama berminggu-minggu antara Rusia dan Barat.
Pemantau konflik telah memperingatkan eskalasi tajam dalam pelanggaran gencatan senjata dalam pertempuran antara tentara Ukraina dan separatis. [rin]