"Logatnya tidak terkendali, hadir di semua tempat dan secara bertahap menjadi kental," kata para peneliti dalam laporan mereka, menambahkan bahwa itu pertama kali dimulai 20 bulan setelah perawatannya.
Meski kondisinya semakin memburuk, logatnya tetap ada hingga ia meninggal beberapa bulan kemudian.
Baca Juga:
Dr. Elizabeth Yasmine Wardoyo: Nyeri Pinggang Bukan Pertanda Gagal Ginjal
"Dia tidak memiliki kelainan pemeriksaan neurologis, riwayat kejiwaan atau kelainan otak MRI pada awal gejala," kata laporan itu.
"Terlepas dari kemoterapi, kanker prostat neuroendokrinnya berkembang mengakibatkan metastasis otak multifokal dan kemungkinan kelumpuhan naik paraneoplastik yang menyebabkan kematiannya," sambung laporan itu.
Para peneliti menduga perubahan suara itu disebabkan oleh kondisi yang disebut gangguan saraf paraneoplastik (PND).
Baca Juga:
Pj Wali Kota Tangerang Minta RSUD Tangani Kasus Kompleks Tanpa Rujukan Eksternal
PND terjadi ketika sistem kekebalan pasien kanker menyerang bagian otak mereka, serta otot, saraf, dan sumsum tulang belakang.
Melansir Sindonews, orang lain yang menderita FAS telah menjelaskan kepada BBC perasaan gelisah mendengar "orang asing di rumah" setiap kali mereka berbicara.
Pada tahun 2006, wanita Inggris Linda Walker menderita stroke dan mendapatkan bahwa logat Geordie-nya telah digantikan oleh suara yang terdengar Jamaika.