WahanaNews.co | Korea Utara (Korut) dikenal dengan negara militer. Tentunya sebutan ini bukan hanya isapan jempol. Korut merupakan salah satu negara yang paling getol melakukan uji coba rudal di tengah kontroversi senjata nuklir.
Melansir New York Times, Korea Utara cukup sering melakukan uji coba rudal dan mengabaikan resolusi PBB terkait larangan negara itu dalam mengembangkan rudal balistik.
Baca Juga:
China Ancam Serbu Taiwan, Dampaknya Bisa Lebih Dahsyat dari Perang di Ukraina
Bahkan, Korut pada minggu ini juga mengumumkan pihaknya telah meluncurkan uji coba rudal hipersonik pertama negara itu. Dinamai Hwasong-8, senjata itu adalah rudal balistik dengan hulu ledak hipersonik yang dirancang untuk terlepas di udara.
Militer Korea Selatan mengatakan Hwasong-8 masih berada dalam tahap awal pengembangan. Namun, tes tersebut memperingatkan Korut kini mengembangkan rudal yang mampu mengirimkan hulu ledak nuklir yang lebih mudah disembunyikan dan lebih sulit dicegat.
Berikut beberapa fakta soal kekuatan militer Korea Utara:
Baca Juga:
Nuklir Hipersonik Baru Korea Utara 5 Kali Kecepatan Suara, Bisa Hantam Pangkalan AS Dalam Hitungan Menit
1. Korut punya hulu ledak nuklir
Rudal balistik Korea Utara dapat membawa hulu ledak nuklir. Negara itu telah melakukan enam uji coba nuklir bawah tanah antara 2006 hingga 2017. Empat di antaranya terjadi di bawah kepemimpinan Kim.
Pekan ini Korut juga melakukan misil balistik hipersonik Hwangsong-8. Rudal balistik memiliki ujung hulu ledak yang mampu meluncur dengan kecepatan hipersonik.
Asosiasi Kontrol Senjata mengatakan Korut memiliki 30 sampai 40 hulu ledak nuklir di Januari 2020. Korut juga diprediksi tengah bersiap meningkatkan produksi plutonium dan uraniumnya.
Pada September 2017, Korut melakukan uji coba nuklir terakhir dan terkuatnya. Saat itu, ketika Korea Utara mengklaim telah meledakkan bom termonuklir atau bom hidrogen. Perkiraan daya ledak bom ini berkisar antara 50 hingga 300 kiloton.
2. Rudal bisa tempuh jarak jauh
Menurut laporan kantor berita Korut, KCNA, yang dikutip Reuters, Senin (13/9), rudal jelajah Korut dapat terbang sejauh 1.500 kilometer sebelum mencapai sasaran dan kemudian jatuh ke wilayah perairan.
KCNA juga menyatakan pengembangan rudal tersebut memberikan kemampuan strategis yang efektif dan menggentarkan bagi musuh, guna menjamin keamanan Korut dan mengatasi serangan militer lawan.
Pyongyang juga mengklaim dalam pengujian Hwasong-15 ICBM, rudal Korut mencapai ketinggian 4.475 kilometer, jauh di atas Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Rudalnya juga diklaim mampu terbang sekitar 1.000 kilometer sebelum mendarat di laut lepas pantai Jepang. pesisir.
Analis memperkirakan Hwasong-15 memiliki jangkauan potensial 13.000 kilometer dan. Tak hanya itu, rudal itu diperkirakan bisa mencapai wilayah AS jika ditembakkan pada lintasan yang lebih datar.
3.Senjata makin canggih
Korea Utara menguji coba tiga senjata baru, yang diberi kode KN-23, KN-24 dan KN-25 oleh para ahli dari luar. Tidak seperti rudal lama yang menggunakan bahan bakar cair, ketiga rudal baru menggunakan bahan bakar padat.
Senjata ini dipasang pada peluncur bergerak. Senjata ini juga lebih mudah diangkut, disembunyikan, dan membutuhkan sedikit waktu untuk mempersiapkannya.
4. Militer keempat terbesar dunia
Negara ini memiliki banyak tentara. Militer Korea Utara adalah yang terbesar keempat di dunia, dengan hampir 1,3 juta personel aktif, terhitung sekitar 5 persen dari total populasi. Lebih dari enam ratus ribu orang lainnya melayani sebagai tentara cadangan, dilansir CFR.
Konstitusi Korea Utara dalam Pasal 86 menyatakan, "Pertahanan nasional adalah tugas tertinggi dan kehormatan warga negara," dan itu mengharuskan semua warga negara untuk bertugas di militer.
5. Tentara siber Korut
Korea Utara dikabarkan mengembangkan kemampuan militer mereka di bidang ilmu komputer dan serangan siber. Pengembangan ini kemungkinan didorong oleh bantuan China dan Soviet pada 1980-an dan 1990-an.
Sebagian besar serangan sibernya berbentuk serangan penolakan layanan (DDoS). Serangan itu dilakukan untuk membuat situs web tidak tersedia lagi bagi penggunanya dengan membanjiri lalu lintas internet dengan berbagai informasi.
Dalam beberapa tahun terakhir, serangan siber terhadap bank dan media di Korea Selatan, pun peretasan Sony Pictures 2014, dikaitkan dengan kelompok yang memiliki hubungan dengan Korea Utara.
Korea Selatan juga menuduh Korea Utara melanggar komando siber militernya pada Desember 2016. [rin]