WahanaNews.co, Tel Aviv - Israel berduka cita atas kehilangan tiga warganya yang disandera oleh Hamas di Gaza.
Mereka meninggal karena ditembak oleh pasukan Israel yang keliru mengidentifikasi mereka sebagai ancaman selama operasi di Kota Gaza.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut kejadian ini sebagai "tragedi tak terduga" dan menyatakan kesedihan seluruh Israel atas kehilangan Yotam Haim, Alon Shamriz, dan Samer El-Talalqa, yang semuanya berusia 20-an tahun.
Ketiganya termasuk di antara sekitar 240 orang yang disandera selama serangan Hamas pada 7 Oktober ke Israel, yang juga menewaskan sekitar 1.200 orang.
Militer Israel menyampaikan penyesalan mendalam atas insiden tragis itu.
Baca Juga:
Komandan Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon Utara
"Selama pertempuran di Shejaiya, IDF (Pasukan Pertahanan Israel) secara keliru mengidentifikasi ketiga sandera Israel itu sebagai ancaman dan akibatnya, menembak ke arah mereka dan para sandera tersebut terbunuh," kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel Daniel Hagari.
"IDF menyampaikan duka mendalam atas bencana ini dan turut berduka cita bagi keluarga korban," imbuhnya.
Jasad mereka telah dipulangkan ke Israel, dan setelah melalui proses pemeriksaan, dapat dipastikan bahwa mereka adalah Haim, seorang drummer heavy metal berusia 28 tahun, serta dua pria lainnya, El-Talalqa yang berusia 25 tahun, dan Shamriz yang berusia 26 tahun.
Pada Jumat malam waktu setempat, berita mengenai kejadian tersebut menyebar, dan ratusan orang berkumpul di Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv.
Mereka menyerukan kepada pemerintahan Netanyahu agar menjamin pembebasan 129 sandera yang masih ditahan di wilayah Gaza yang dikuasai Hamas.
Para pengunjuk rasa, sembari mengibarkan bendera Israel, menuntut tercapainya kesepakatan mengenai pembebasan para sandera.
"Saya sangat ketakutan," kata Merav Svirsky, saudara perempuayn dari Itay Svirsky yang disandera Hamas.
"Kami menuntut sebuah kesepakatan sekarang," cetusnya.
Pada bulan November sebelumnya, sebuah periode gencatan senjata yang singkat mengakibatkan pembebasan lebih dari 100 sandera sebagai imbalan dari pembebasan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Namun, kesepakatan tersebut telah berakhir, dan pertempuran kembali terjadi antara Hamas dan pasukan Israel.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]