WahanaNews.co, Jakarta - Robert DuBoise telah menghabiskan 37 tahun di penjara di Florida, Amerika Serikat, dalam kasus pemerkosaan dan pembunuhan tahun 1983, yang belakangan diketahui, ternyata itu bukan perbuatannya.
Sebagai ganti dari kesalahan tersebut, pemerintah kota Tampa, Florida, akan memberikan kompensasi sebesar USD 14 juta (lebih dari Rp218,6 miliar) kepada DuBoise sebagai bentuk penggantian atas waktu yang tidak seharusnya dia jalani di penjara.
Baca Juga:
Nikita Mirzani Habiskan Ratusan Juta untuk Makan di Rutan dan Kuasai Ketua Geng
Pada awalnya, DuBoise, yang berusia 18 tahun saat kejahatan itu terjadi, dijatuhi hukuman mati atas pembunuhan Barbara Grams yang berusia 19 tahun.
Meskipun hukumannya kemudian dikurangi menjadi penjara seumur hidup, baru pada tahun 2018, dengan bantuan dari organisasi Innocence Project, jaksa setuju untuk meninjau kembali kasus tersebut.
Melalui uji DNA yang tidak tersedia pada tahun 1980-an, diketahui bahwa ada dua pria lain yang melakukan pembunuhan tersebut.
Baca Juga:
8.933 Napi di Riau Terima Remisi Idul Fitri 2024, 46 Orang Langsung Bebas
Pada tahun 2020, DuBoise dibebaskan dari penjara. Setelah itu, ia menggugat pemerintah kota Tampa, petugas polisi yang menyelidiki kasus tersebut, dan seorang dokter gigi forensik yang bersaksi bahwa giginya cocok dengan bekas gigitan pada korban.
Gugatan tersebut telah dicapai pada tanggal 11 Januari, namun pada hari Kamis, Dewan Kota Tampa secara bulat memberikan persetujuan resmi dan memberikan USD14 juta kepada Robert DuBoise, yang kini berusia 59 tahun.
Anggota dewan menyatakan bahwa pemberian uang tersebut merupakan langkah yang paling tidak dapat dilakukan oleh kota untuk mengatasi kesalahan besar tersebut.
“Ini adalah kesalahan besar,” ujar anggota dewan Luis Viera.
“Saya berharap dan berdoa agar penyelesaian ini memberinya sedikit kenyamanan," tambahnya, seperti dilansir oleh AP pada Minggu (18/2/2024).
DuBoise, yang tidak menghadiri pertemuan pada hari Kamis, diwakili dalam kasus ini oleh firma hukum hak-hak sipil Loevy & Loevy berbasis di Chicago, yang telah menangani sejumlah kasus hukuman yang keliru di seluruh negeri.
“Penyelesaian ini bukan hanya pengakuan atas kerugian yang diderita DuBoise, tapi juga kesempatan baginya untuk melanjutkan hidupnya,” kata firma hukum itu dalam sebuah pernyataan.
Dalam wawancara telepon singkat setelah pemungutan suara, DuBoise mengatakan itulah yang dia lakukan.
Dia mengatakan dirinya bekerja sebagai direktur pemeliharaan di country club di wilayah Tampa dan melakukan pekerjaan perbaikan lainnya. Dia berencana membeli rumah.
“Itu berarti bagi saya ini akhirnya berakhir. Saya senang saya tidak perlu menghabiskan bertahun-tahun lagi dalam hidup saya untuk melakukan hal ini,” katanya.
“Uang, rumah, mobil, tidak ada satupun yang bisa mengembalikan apa yang hilang dari saya. Saya tidak merasa pahit tentang apa pun. Saya tidak ingin menyia-nyiakan waktu saya dengan pesta-pesta yang penuh kepahitan dan rasa kasihan.”
Kepala Polisi Tampa Lee Bercaw mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa selama bertahun-tahun sejak kasus DuBoise, para detektif menjalani pelatihan yang lebih baik dan kemajuan teknologi telah membuat kemajuan besar dalam cara penanganan investigasi tersebut.
“Kami menyadari dampak yang mendalam dan bertahan lama dari kasus ini, terutama pada DuBoise hampir empat dekade kemudian,” kata Bercaw.
DuBoise dan firma hukumnya akan mendapatkan USD9 juta tahun ini, USD3 juta tahun depan, dan USD2 juta pada tahun 2026, menurut dokumen otoritas kota.
Kasus Pembunuhan Grams
Grams diserang secara seksual dan dipukuli hingga tewas pada Agustus 1983 saat dia berjalan pulang dari pekerjaannya di sebuah restoran di Tampa.
Seorang pemeriksa medis menyimpulkan bahwa luka di pipinya adalah bekas gigitan, sehingga para penyelidik mengambil sampel gigitan dari sejumlah pria termasuk DuBoise.
Khususnya, cetakan luka dibuat menggunakan lilin lebah.
Dokter gigi forensik menyatakan bahwa gigitan tersebut dapat diatributkan kepada DuBoise, meskipun tidak ada pengetahuan langsung antara DuBoise dan Grams, namun seringkali DuBoise mengunjungi wilayah di mana jenazah ditemukan.
Dokter gigi tersebut memberikan kesaksian sebagai bagian dari tuntutan hukum yang diajukan oleh DuBoise, yang menyatakan bahwa dia tidak lagi yakin bekas gigitan dapat dipasangkan secara langsung dengan seseorang, sesuai dengan resolusi dewan kota tentang penyelesaian kasus tersebut.
Beberapa dekade berlalu, uji DNA mengarah pada Amos Robinson dan Abron Scott, keduanya telah dihukum penjara seumur hidup karena pembunuhan terpisah.
Kedua tersangka ini sedang menanti persidangan atas tuduhan pembunuhan tingkat pertama terkait kasus Grams.
Keterangan dari seorang informan penjara yang menyebutkan bahwa DuBoise mengaku membunuh Grams juga kemudian dianggap tidak valid.
Dalam penyelesaian kasus tersebut, pemerintah kota membantah adanya kesalahan yang disengaja oleh petugas polisi, sesuai dengan argumen DuBoise dalam gugatannya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]