"Jadi saya mencontoh beliau dan saya juga tidak akan lari, atau sembunyi. Saya tidak akan meninggalkan orang-orang," lanjutnya.
Ismahilov adalah satu dari puluhan Muslim Ukraina yang berkumpul di masjid di Kostiantynivka untuk salat Iduladha pada Sabtu (9/7). Masjid itu kini masjid terakhir yang masih dibuka di Donbas. Ismahilov mengatakan ada sekitar 30 masjid di Donbas tapi saat ini sebagian besar dikuasai Rusia.
Baca Juga:
Pemerintah Aceh Barat: Ribuan Warga Masih Jalani Puasa Ramadhan 1445 H
Total Muslim di Ukraina hampir 1 persen dari seluruh populasi. Sebagian besar warga Ukraina beragama Kristen Ortodoks. Populasi besar Muslim ada di Krimea, rumah bagi Muslim Tatar, dan Krimea dicaplok Ukraina pada 2014. Jumlah Muslim di wilayah itu naik sampai 12 persen.
Ada juga komunitas Muslim di Ukraina timur, dampak dari gelombang migrasi saat proses industrialisasi di daerah itu. Banyak Muslim bermigrasi ke Donbas untuk bekerja di pertambangan dan pabrik.
Konflik pada 2014 memaksa banyak warga Muslim dari Krimea dan Donbas pindah ke daerah lain di Ukraina di mana mereka bergabung dengan komunitas Tatar yang telah ada sebelumnya atau membentuk pusat kebudayaan Islam baru bersama orang Turki, Arab, dan mualaf Ukraina.
Baca Juga:
Isu Pengusiran Muslim di India dan Kekhawatiran Pengungsi Rohingya
Namun invasi Rusia memaksa banyak Muslim kembali melarikan diri. Masjid di Kostiantynivka biasanya menampung ratusan jemaah.
Tapi pada Iduladha kemarin, hanya beberapa penduduk lokal yang muncul. Salat Iduladha juga dihadiri tentara atau paramedis tempur dari berbagai unit: Tatar Krimea, mualaf dari Kharkiv, Kiev, dan Ukraina barat.
Dalam khotbahnya, Ismahilov mengatakan Iduladha tahun ini memiliki makna simbolis di tengah perang, dan meminta mereka untuk mengingat umat Islam yang tinggal di wilayah pendudukan, di mana banyak yang kehilangan rumah dan beberapa masjid hancur karena gempuran.