"Sikap PM Kanada dan Australia serta Presiden AS seolah tidak berempati dengan posisi Indonesia sebagai tuan rumah G20. Ini mengingat Indonesia telah melakukan berbagai persiapan, bahkan menyelenggarakan pertemuan-pertemuan di tingkat teknis untuk membahas terobosan bagi tumbuhnya perekonomian dunia," jelasnya.
Lebih lanjut, Hikmahanto kecewa dengan ego AS dan sekutunya yang justru dilampiaskan ke Indonesia, yang sudah berani mengutuk Rusia atas serangannya.
Baca Juga:
Sekjen PBB: Pentingnya Kepemimpinan Afrika dalam Arsitektur Perdamaian dan Keamanan Global
Terlebih, Indonesia berisiko kehilangan sahabatnya dan dimasukkan ke dalam kategori negara-negara yang tidak bersahabat oleh Rusia.
Berikut harapan Indonesia terhadap AS dan sekutunya menurut Hikmahanto:
1. Jangan pindahkan konflik dengan Rusia ke Forum G20. Tidak seharusnya pernyataan akan hadir atau tidak disampaikan pada saat ini dan digantungkan pada syarat hadir tidaknya Rusia. Biarkan semua mengalir pada saatnya.
Baca Juga:
Apel Gelar, TNI Cek Kesiapan Pengamanan KTT World Water Forum Ke-10
2. Indonesia tidak ingin ditekan dalam mengundang Rusia sebagai anggota G20.Bukannya tidak mungkin bila Indonesia mengikuti kehendak AS dan sekutunya maka Rusia akan mendapatkan dukungan dari China dan mungkin India. Dua negara ini akan bersikap untuk tidak hadir bila Rusia dihalangi untuk hadir.
3. AS dan sekutunya terus mendukung Indonesia sebagai Presiden dan tuan rumah yang baik dalam pelaksanaan event G20 tahun ini. Indonesia tidak ingin masalah geopolitik di Eropa berimbas pada pembahasan perekonomian dunia di masa mendatang. Terlebih dijadikan medan untuk melanjutkan upaya menjatuhkan Putin sebagai Presiden Rusia.
Sementara itu, Hikmahanto menanggapi usulan penundaan KTT G20 karena polemik Rusia ini. Dia menilai penundaan G20 ditunda itu merepotkan.