WahanaNews.co | Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan, dia terbuka untuk mempererat hubungan dengan Israel. Tetapi, Israel harus terlebih dahulu menunjukkan kebijakan yang "lebih sensitif" terhadap Palestina.
Erdogan mengatakan kepada sekelompok wartawan di Qatar, Selasa (7/12/2021) malam, bahwa hubungan yang lebih baik dengan Israel akan "menguntungkan" bagi perdamaian di kawasan yang lebih luas.
Baca Juga:
Belanda Bangkit, Menang 2-1 atas Turki di Euro 2024 Berlin
“Tetapi pada titik ini, Israel perlu lebih sensitif mengenai kebijakannya tentang Palestina. Perlu sensitif tentang Yerusalem dan Masjid al-Aqsa,” kata Erdogan, mengacu pada kompleks yang suci bagi umat Yahudi dan Muslim.
“Segera setelah kami mendeteksi kepekaan, kami akan melakukan yang terbaik dan mengambil langkah (untuk hubungan yang lebih baik),” lanjut Erdogan. Komentar pemimpin Turki itu dilaporkan oleh Anadolu Agency yang dikelola pemerintah dan media Turki lainnya pada hari Rabu (8/12/2021).
Setelah menjadi sekutu regional yang kuat, hubungan antara Israel dan Turki telah berantakan selama masa jabatan Erdogan. Pemimpin Turki telah menjadi kritikus blak-blakan terhadap kebijakan Israel terhadap Palestina.
Baca Juga:
Timnas Turki Menang Melawan Georgia di Euro 2024 Skor 3-1
Israel, pada bagiannya, kecewa dengan hubungan hangat Erdogan dengan Hamas, kelompok militan yang mengontrol Jalur Gaza. Israel menganggap Hamas sebagai kelompok teror.
Negara-negara tersebut menarik duta besarnya pada 2010, setelah pasukan Israel menyerbu armada menuju Gaza yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Palestina yang melanggar blokade Israel. Insiden itu mengakibatkan kematian sembilan aktivis Turki.
Hubungan kembali rusak pada tahun 2018, setelah Turki, yang marah dengan Amerika Serikat karena memindahkan kedutaannya ke Yerusalem, sekali lagi menarik duta besarnya dari Israel. Sikap Turki ini mendorong Israel untuk membalas.
Namun, sebagai tanda membaiknya hubungan, Erdogan baru-baru ini mengadakan panggilan telepon dengan Presiden Israel Isaac Herzog serta dengan Naftali Bennett - di mana perdana menteri Israel yang baru berterima kasih kepada pemimpin Turki atas perannya dalam pembebasan pasangan Israel yang ditangkap di Istanbul karena dicurigai menjadi mata-mata.
Langkah-langkah menuju pemulihan hubungan dengan Israel datang ketika Turki telah berusaha untuk mengakhiri isolasi internasionalnya dengan menormalkanhubungannya yang bermasalah dengan beberapa negara di kawasan itu, termasuk Mesir, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi. [qnt]