WahanaNews.co | Belum
lama ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melarang keras tim medis mencampur
merek vaksin untuk 1 orang. Namun Badan Medis Eropa (EMA) telah menolak untuk
membuat rekomendasi apa pun tentang pencampuran dua jenis vaksin Covid-19 atau
pemberian dosis ketiga.
Baca Juga:
Dinas Kesehatan Yogyakarta Targetkan 30.702 Anak Terima Imunisasi Polio pada PIN 2024
Seperti dilansir dari Reuters, EMA bersikeras bahwa masalah
tersebut masih terlalu dini untuk diputuskan. Meski demikian, lembaga itu
mencatat, semua jenis vaksin Covid-19, baik Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca
diperlukan untuk melindungi populasi dari varian Delta.
Beberapa negara sebelumnya telah memutuskan untuk mencampur
dua jenis vaksin Covid-19 yang diklaim dapat meningkatkan tingkat imunisasi.
"Semua negara yang memilih untuk mencampur dua vaksin
yang berbeda perlu memastikan bahwa strateginya sejalan dengan pandangan ahli
epidemiologi dan situasi infeksi saat ini," kata EMA dalam sebuah
pernyataan.
Baca Juga:
Pemkab Batang, Massifkan Pencegahan Kasus Flu Singapura (HFMD)
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Oxford
bulan lalu menunjukkan pemberian vaksin Pfizer dalam waktu empat minggu setelah
vaksin AstraZeneca diberikan dapat menghasilkan respon imun yang lebih baik
daripada pemberian vaksin AstraZeneca dosis kedua.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Eropa (ECDC)
sebelumnya memperkirakan varian Delta menyumbang 99 persen kasus infeksi di
benua itu pada akhir Agustus.
WHO percaya varian Delta akan menjadi dominan di seluruh
dunia dalam beberapa bulan ke depan. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.