Beberapa di antaranya termasuk penerapan tarif tinggi terhadap produk-produk impor, pengurangan besar-besaran pegawai federal yang disebut dilakukan bersama mitranya Elon Musk, serta pemutusan berbagai bentuk bantuan ke luar negeri.
Kebijakan ekonomi agresif ini tidak serta-merta membawa hasil positif. Sebaliknya, pasar keuangan justru bergejolak.
Baca Juga:
Akhiri Era Kontroversial di Pemerintahan Trump, Elon Musk Umumkan Mundur Bertahap dari DOGE
Wall Street tercatat mengalami penurunan lebih dari enam persen sejak Trump kembali menjabat, meski sempat mengalami kenaikan tipis menyusul wacana pelonggaran tarif otomotif.
Selain soal ekonomi, Trump juga dikecam keras atas langkah-langkah kontroversial di bidang imigrasi.
Di antaranya adalah kebijakan deportasi cepat tanpa proses hukum yang telah menuai banyak protes dari kelompok hak asasi manusia.
Baca Juga:
Pemerintah RI Minta Trump Patuhi Prosedur Hukum Soal WNI yang Ditahan di AS
Partai Demokrat pun tak tinggal diam. Mereka memanfaatkan momen ini untuk melancarkan kritik pedas, menyebut 100 hari pertama Trump sebagai "sebuah kegagalan besar."
Dalam pernyataan resminya, Komite Nasional Demokrat menyalahkan Trump atas meningkatnya biaya hidup, sulitnya masa pensiun bagi warga, serta memburuknya prospek ekonomi nasional.
"Trump bertanggung jawab atas kondisi di mana harga-harga melambung tinggi dan ekonomi berada di tepi jurang resesi," demikian kutipan dari pernyataan tersebut.