Robot yang dapat menahan radiasi juga ditujukan untuk
mengebor lubang di FCM dan memasukkan silinder boron, yang akan berfungsi
seperti batang kendali dan menyedot neutron.
FCM di ruangan 305/2 sendiri diperkirakan memiliki sekitar
170 ton uranium iradiasi, 95 persen dari bahan bakar asli ketika bencana nuklir
Chernobyl terjadi pada 1986.
Baca Juga:
Listrik Menyala, Ancaman Bencana Nuklir PLTN Chernobyl Berhasil Dihindari
Untuk saat ini, limbah radioaktif ini membara "seperti
bara api di lubang barbekyu," kata Neil Hyatt, seorang ahli kimia bahan
nuklir di Universitas Sheffield, kepada majalah Science. Namun, mungkin saja
bara api tersebut dapat menyala sepenuhnya jika dibiarkan terlalu lama,
mengakibatkan ledakan lain.
"Perkiraan kami tentang bahan fisil di ruangan itu
menunjukkan bahwa kami cukup yakin bahwa Anda tidak akan mendapatkan pelepasan
energi nuklir secepat itu sehingga Anda mengalami ledakan. Tapi kami tidak tahu
pasti," kata Hyatt.
"Kami telah melihat perjalanan seperti ini sebelumnya dengan
puing-puing bahan bakar lainnya. Laju dasar neutron meningkat, stabil dan
menurun lagi. Jelas itulah yang kami harap bisa terjadi," sambungnya.
Baca Juga:
Ancaman Bencana Nuklir di PLTN Chernobyl Berhasil Dihindari
Menurut Saveliev, potensi ledakan baru di Chernobyl tidak
akan pada tahun 1986, yang mengakibatkan ribuan kematian dan memuntahkan awan
radioaktif ke seluruh Eropa.
Jika bahan nuklir menyala lagi, ledakan sebagian besar akan
terkandung di dalam kandang baja dan beton yang dikenal sebagai Shelter, yang
dibangun pejabat setempat di sekitar reaktor Unit Empat yang hancur satu tahun
setelah kecelakaan.
Para pejabat Chernobyl juga sudah memasang struktur baja
baru yang lebih besar sejak 2016. Struktur baja tersebut, yang bernama New Safe
Confinement selesai dibangun pada 2018 setelah menghabiskan dana 1,5 miliar
dolar AS. Ia ditujukan untuk menstabilkan reaktor Unit Empat di Chernobyl dan
mengganti Shelter yang lama yang hendak dibongkar.