Sementara itu, Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO berencana menyiagakan hingga 300 ribu pasukannya.
Dalam sebuah pernyataan pers, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa langkah itu merupakan perombakan terbesar dalam pertahanan kolektif Perang Dingin.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Ia juga mengatakan serangan Rusia ke Ukraina merupakan ancaman langsung bagi aliansi itu.
"KTT NATO kami di Madrid minggu ini akan transformatif dengan banyak keputusan penting, termasuk tentang Konsep Strategis baru untuk realitas keamanan baru," kata Stoltenberg pada sesi konferensi pers terkait KTT NATO yang akan diadakan pada Selasa mendatang di Madrid.
"Kami akan mengubah Pasukan Respons NATO dan meningkatkan jumlah pasukan kesiapan tinggi kami menjadi lebih dari 300.000," tambahnya seperti dikutip CNBC International, Senin, (27/6/2022).
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Angka ini sendiri merupakan peningkatan yang cukup besar hingga hampir 650%. Sebelumnya, pasukan siaga NATO hanya berjumlah 40 ribu personil.
"Pasukan ini akan berlatih bersama dengan pasukan pertahanan dalam negeri, dan mereka akan terbiasa dengan fasilitas medan lokal ... sehingga mereka dapat merespons dengan lancar dan cepat terhadap keadaan darurat apa pun."
Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri meluncurkan serangan ke Ukraina 24 Februari lalu. Serangan ini diluncurkan saat Kyiv sedang berusaha untuk bergabung dalam aliansi militer pimpinan Amerika Serikat (AS) itu.