Media tersebut menegaskan bahwa Al-Sharif adalah jurnalis independen yang selama ini melaporkan kondisi perang secara langsung dari lapangan, dan menyebutnya sebagai sosok yang paling berani di wilayah konflik itu.
Bahkan sebelum serangan ini, Anas sudah menjadi sasaran kampanye provokasi Israel.
Baca Juga:
Forum Wartawan Tuntungan Jalin Kemitraan dengan Camat Medan Tuntungan
Pada Juli lalu, juru bicara militer Israel Avichai Adraee membagikan video di media sosial yang menuduh Anas sebagai anggota sayap militer Hamas.
Tuduhan itu sebenarnya telah dibantah tegas oleh Al Jazeera. Jaringan berita tersebut menilai tuduhan itu bagian dari pola sistematis untuk mendiskreditkan laporan para jurnalis Palestina sejak awal perang pada Oktober 2023.
“Al Jazeera Media Network mengecam keras dan mengecam upaya tanpa henti ini, yang secara konsisten telah menghasut stafnya sejak awal liputannya tentang perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza. Jaringan tersebut menganggap hasutan ini sebagai upaya berbahaya untuk membenarkan penargetan jurnalisnya di lapangan,” tulis pernyataan Al Jazeera pada bulan lalu.
Baca Juga:
Praktisi Jurnalistik Bagikan Kiat Sukses di Era Digital kepada Mahasiswa UINSU
Data kelompok hak asasi manusia menunjukkan, sejak awal pemboman Israel di Gaza, lebih dari 200 wartawan dan pekerja media telah tewas, termasuk beberapa keluarga mereka.
Kasus tewasnya Anas Al-Sharif dan rekan-rekannya kini menjadi simbol terbaru betapa berisikonya menjadi jurnalis di garis depan perang, sekaligus menambah catatan kelam kebebasan pers di zona konflik.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.