Pada Mei lalu, beberapa media Ukraina mengaitkan runtuhnya negosiasi dengan tekanan yang diberikan pada Kyiv oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Pemimpin Inggris itu secara terbuka menentang solusi yang dinegosiasikan untuk krisis di Ukraina dan mendesaknya untuk berjuang untuk mendapatkan posisi yang lebih kuat dalam pembicaraan di masa depan.
Pejabat senior Rusia berulang kali menyatakan bahwa Moskow bersedia untuk menyelesaikan konflik dan memperingatkan bahwa keputusan untuk menghentikan pembicaraan hanya memperburuk kondisi akhir bagi Ukraina. Tetapi para pemimpin di Kyiv bersikeras bahwa pembicaraan hanya bisa terjadi setelah Rusia sepenuhnya menarik pasukannya, termasuk dari Krimea, yang dianggap Moskow sebagai wilayahnya. [tum]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.