WAHANANEWS.CO, Jakarta - Italia mengambil langkah tegas dengan mengirimkan kapal perang untuk mengawal Global Sumud Flotilla (GSF), setelah armada kemanusiaan itu diserang drone di perairan internasional dekat Yunani.
Meski serangan menimbulkan kepanikan, para aktivis menyatakan tetap berkomitmen menuntaskan misi membawa bantuan ke Gaza.
Baca Juga:
Timnas voli putri Indonesia U-21 Tampil Berani, Pecahkan Dominasi Italia di Set Ketiga
GSF dikenal sebagai konvoi sipil terbesar menuju Jalur Gaza sejak pecahnya perang pada Oktober 2023.
Armada ini membawa lebih dari 300 aktivis dari 44 negara, termasuk aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg serta sejumlah anggota parlemen Eropa.
Kehadiran tokoh publik dan politisi membuat misi ini mendapat sorotan luas dari masyarakat internasional.
Baca Juga:
Singa Betina Bangkit! Inggris Taklukkan Italia 2-1 Lewat Perjuangan Ekstra
Dalam pernyataannya, pihak flotilla merilis rekaman video yang memperlihatkan ledakan mengenai salah satu kapal pada Rabu (23/9/2025).
Mereka menjelaskan bahwa serangan dimulai sejak malam, ketika beberapa drone menjatuhkan benda tak dikenal dan sempat mengacaukan sistem komunikasi.
“Serangan ini jelas berupaya melemahkan moral para aktivis,” tulis pernyataan GSF.
Diberitakan The Middle East Eye, Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto segera mengerahkan kapal fregat menuju lokasi untuk memberikan perlindungan.
Ia menegaskan, pelaku serangan masih belum teridentifikasi, namun operasi pengawalan itu masuk dalam misi keamanan laut Italia bernama Mare Sicuro.
Delegasi Italia yang ikut dalam armada kemanusiaan menyebut langkah pemerintah merupakan respons atas meningkatnya tekanan publik dan solidaritas internasional.
Namun, mereka menilai perlindungan dari kapal perang saja belum cukup. Menurut mereka, yang lebih mendesak adalah menjamin keselamatan dan hak hidup rakyat Palestina di Gaza.
Serangan bukan hanya sekali terjadi. Pada awal September 2025, GSF juga menjadi sasaran drone saat bersandar di Tunisia.
Pemerintah Tunisia mengecam insiden tersebut sebagai aksi yang disengaja. Israel sendiri hingga kini tidak memberikan konfirmasi maupun penjelasan terkait tudingan tersebut.
Seorang anggota parlemen asal Polandia mengungkapkan bahwa hingga saat ini sudah ada 13 serangan terhadap 10 kapal dalam armada, dengan tiga kapal di antaranya mengalami kerusakan serius.
Situasi tersebut memicu keprihatinan mendalam di berbagai negara Eropa.
Pemerintah Italia kemudian meminta Israel untuk menjamin keselamatan flotilla yang tengah berlayar di perairan internasional.
Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, bahkan menyampaikan pesan resmi melalui Kedutaan Besar Italia di Israel terkait tuntutan tersebut.
Tak hanya Italia, PBB juga mendesak dilakukan penyelidikan segera atas dugaan serangan drone terhadap kapal bantuan kemanusiaan.
Komisi Eropa menambahkan bahwa segala bentuk kekerasan terhadap flotilla sipil tidak dapat dibenarkan dalam kondisi apapun.
Bagi para aktivis, rentetan serangan itu dianggap sebagai bentuk “perang psikologis” untuk melemahkan semangat mereka.
Namun, bukannya gentar, mereka justru menegaskan tekad untuk terus melanjutkan misi kemanusiaan demi rakyat Gaza.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]