WahanaNews.co | Memutar musik merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh pemerintah Taiwan dalam perang propaganda melawan China di Pulau Quemoy atau yang juga dikenal sebagai Kinmen.
Selama 24 jam sehari, setiap hari selama lebih dari dua dekade, deretan pengeras suara yang berdiri setinggi 10 meter dan dibangun menghadap garis pantai China.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Musik yang diputar otoritas Taiwan mengantarkan berbagai 'gempuran irama' kepada penduduk Xiamen di China daratan. Taiwan menyetel lagu-lagu Taiwan dan juga pidato yang mengundang tentara China untuk membelot.
Otoritas Taiwan memutar musik dan pidato tersebut dari Tembok Siaran Beishan. Ini adalah sebuah bangunan beton dengan 48 pengeras suara yang bisa mengantarkan suara hingga sejauh 25 kilometer, yakni ke Xiamen.
Dari wilayah mereka, China membalas Taiwan dengan metode yang sama: menggunakan pengeras suara.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Perang psikologis yang aneh ini, yang melelahkan penduduk di kedua sisi, berlangsung setelah tahun 1979.
Pada saat itu, Amerika Serikat secara resmi mengakui eksistensi pemerintahan Komunis China. Pengakuan tersebut sejak saat itu mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan itu.
Kepulauan Quemoy terdiri dari banyak pulau-pulau kecil.