Bahan propaganda itu, dan hadiah-hadiah kecil seperti sabun batangan, juga mencapai daratan melalui balon-balon yang dilepas dari Quemoy yang diisi pengatur waktu sehingga ketinggiannya akan berkurang saat mereka berada di atas Xiamen. Atau dalam botol bir, yang dibuang ke laut dari pulau sehingga mereka mencapai daratan.
Propaganda juga disiarkan tanpa henti melalui gelombang radio.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Namun, pada tahun 1967, sebuah alat baru mulai beroperasi, dan dengan itu juga senjata termanis Taiwan, yakni penyanyi bernama Teresa Teng.
Dikenal sebagai "ratu pop abadi Asia," Teng populer di kedua sisi selat dan dilaporkan sebagai salah satu penyanyi favorit pemimpin Komunis Deng Xiaoping.
Musiknya adalah salah satu yang paling menggelegar dari Tembok Siaran Beisha.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Seperti bintang-bintang terkenal Marlene Dietrich atau Marilyn Monroe, yang mendedikasikan sebagian waktu mereka untuk menyemangati para pasukan, Teresa Teng melakukan perjalanan ke pulau itu pada beberapa kesempatan untuk berbicara secara pribadi melalui pengeras suara besar kepada penduduk Xiamen.
Teng memberi tahu mereka bahwa dia menantikan kunjungan mereka ke Quemoy dan bahwa kebebasan adalah satu-satunya harapan bagi negaranya.
Dalam beberapa dekade berikutnya hingga 1990-an, empat stasiun siaran lainnya dibangun di kepulauan Quemoy untuk melanjutkan penyiaran pesan dan musik ke China.