"Ini sungguh sulit. Anda tidak pernah berpikir bahwa makanan bisa menjadi sesuatu yang membuat Anda khawatir ketika Anda dapat makan dengan normal," cerita Caroline, yang selalu membawa makanannya sendiri ketika berpergian.
Semua ini dimulai pada bulan September 2017 ketika Caroline pertama kali mengalami syok anafilaksis setelah memakan es krim, yang memaksa dirinya untuk dirawat di rumah sakit selama 12 jam.
Baca Juga:
Musim Dingin Picu Lonjakan Penyakit Pernapasan di China, Rumah Sakit Kewalahan
Pada bulan yang sama, ia kembali mengalami reaksi tubuh yang parah setelah mengonsumsi pizza, nasi, dan kacang-kacangan, yang mengakibatkan ia harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit selama 12 hari.
Pasca kejadian tersebut, Caroline mengaku mengalami penderitaan selama beberapa bulan.
Dia hidup dalam ketidakpastian terhadap makanan yang bisa membahayakan hidupnya lagi. Setelah 10 bulan berlalu, Caroline akhirnya menerima diagnosis MCAS.
Baca Juga:
Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Belakang RSUD Sibolga
"Ini sangat emosional bagi saya dan begitu mengejutkan. Saya sangat terpukul, saya dan ibu saya sama-sama menangis," kenang Caroline.
Caroline menjelaskan bahwa kondisinya disebabkan oleh proses mengonsumsi dan mencerna makanan. Saat ini, dia terus berkonsultasi dengan terapis MCAS untuk mencoba makanan yang berbeda.
Selain menjalani diet yang sangat ketat, Caroline juga harus mengikuti regimen pengobatan yang ketat, termasuk menerima suntikan Xolair setiap dua minggu, mengonsumsi antihistamin setiap hari, dan menerima pengobatan defisiensi imun hizentra setiap minggu.