WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pada awal Mei 2025, Israel dilanda kebakaran hutan besar yang meluas dengan cepat di kawasan yang membentang antara Yerusalem dan Tel Aviv.
Bencana ini menyebabkan ribuan warga harus dievakuasi dari pemukiman mereka, menutup sejumlah jalur lalu lintas utama, dan mengganggu pelaksanaan perayaan Hari Kemerdekaan Israel yang ke-77.
Baca Juga:
Badai Pasir dan Amuk Api, Dua Bencana Alam Hantam Israel Tanpa Peringatan
Pemerintah Israel segera menyatakan status darurat nasional dan mengajukan permintaan bantuan kepada komunitas internasional.
Beberapa negara merespons dengan mengirimkan armada pesawat pemadam kebakaran dan tim penyelamat.
Namun, tidak sedikit pula negara yang memilih tidak memberikan bantuan, baik karena alasan politik, historis, maupun keterbatasan hubungan diplomatik.
Baca Juga:
Kebakaran Hutan Dahsyat Lumpuhkan Israel, Netanyahu Teriak Minta Bantuan Internasional
Negara-negara yang Tidak Memberikan Bantuan
Hingga berita ini ditulis, tidak ada laporan resmi mengenai negara yang secara terbuka menolak permintaan bantuan dari Israel.
Namun, sejumlah negara tercatat tidak masuk dalam daftar pemberi bantuan dalam laporan-laporan media arus utama.
Absennya bantuan dari negara-negara ini menarik perhatian publik internasional, mengingat sebagian dari mereka memiliki riwayat konflik panjang dengan Israel.
1. Turki
Meskipun pada tahun 2016 Turki sempat mengirimkan bantuan untuk mengatasi kebakaran hutan di Israel, pada 2025 ini tidak ditemukan laporan keterlibatan Ankara.
Relasi diplomatik yang memburuk dalam beberapa tahun terakhir, terutama terkait sikap tegas Presiden Erdogan terhadap kebijakan pendudukan Israel di Palestina, diyakini menjadi alasan utama di balik keputusan tersebut.
2. Iran
Sebagai rival ideologis dan strategis utama Israel di kawasan, Iran sama sekali tidak tercatat memberikan bantuan.
Mengingat tiadanya hubungan diplomatik serta retorika permusuhan yang konsisten, ketidakterlibatan Teheran dianggap sebagai hal yang sudah diprediksi.
3. Suriah
Negara yang masih didera konflik internal ini juga tidak memberikan bantuan. Alasan utama tidak hanya karena hubungan diplomatik yang tidak ada, tetapi juga akibat serangan udara Israel yang rutin menyasar wilayah Suriah dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam konteks ini, tidak mengherankan jika Suriah tidak menawarkan bantuan kemanusiaan kepada negara yang kerap dianggap sebagai agresor.
4. Lebanon
Lebanon, yang berkali-kali menjadi sasaran serangan Israel, terutama dalam konflik dengan Hizbullah, juga tidak menunjukkan sikap solidaritas terhadap bencana ini.
Ribuan warga Lebanon telah menjadi korban serangan militer Israel, dan infrastruktur negara itu banyak yang hancur. Dalam kondisi ini, bantuan ke Israel tampak mustahil secara moral maupun praktis.
5. Yaman
Yaman, yang kini menjadi medan pertempuran antara koalisi Barat dan kekuatan lokal seperti Houthi, tak hanya tidak memberi bantuan, tapi justru berada dalam posisi berseberangan dengan Israel.
Kelompok Ansarallah yang berbasis di Yaman bahkan telah melancarkan serangan rudal ke wilayah Israel dalam beberapa pekan terakhir, sebagai respons atas dukungan Israel terhadap agresi di Gaza.
Alasa Enggan Memberikan Bantuan
Keputusan untuk membantu atau tidak membantu dalam situasi darurat seperti kebakaran hutan tidaklah sesederhana faktor kemanusiaan semata.
Berikut ini beberapa faktor utama yang diyakini memengaruhi sikap negara-negara tersebut:
• Hubungan Diplomatik:
Negara-negara dengan hubungan resmi dan positif dengan Israel lebih mungkin menawarkan bantuan. Sebaliknya, negara-negara tanpa hubungan formal cenderung absen.
• Pertimbangan Politik dan Ideologis:
Sikap terhadap konflik Israel-Palestina menjadi faktor dominan. Negara yang mendukung perjuangan Palestina secara konsisten menahan diri untuk membantu Israel, terutama jika bantuan tersebut dianggap dapat merusak posisi politik mereka di mata publik domestik.
• Kapasitas dan Sumber Daya:
Beberapa negara, seperti Yaman atau Suriah, mungkin memang tidak memiliki kemampuan logistik untuk memberikan bantuan, terutama di tengah krisis internal mereka sendiri.
• Tidak Ada Permintaan Langsung:
Dalam diplomasi bencana, permintaan bantuan formal seringkali menjadi dasar legal dan etis untuk bertindak. Jika Israel tidak menghubungi secara spesifik negara-negara tertentu, maka tidak ada kewajiban internasional untuk membantu.
Walaupun tidak secara eksplisit menolak, negara-negara yang disebutkan di atas tetap menunjukkan sikap pasif atau absen dalam momen krisis ini.
Fakta yang tak bisa dilepaskan dari sejarah panjang konflik di kawasan dan dinamika geopolitik yang mengitarinya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]