WahanaNews.co, Washington - Meskipun mendapat desakan kuat dari komunitas global, termasuk dari Presiden Indonesia Jokowi, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menolak untuk mengikuti seruan gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina.
Dalam sebuah tulisan opini yang dipublikasikan pada Sabtu (18/11/2023), Biden menyatakan keyakinannya bahwa gagasan gencatan senjata tidak akan membawa perdamaian pada situasi di Gaza.
Baca Juga:
Di Tengah Konflik Panjang, Ini Rahasia Israel Tetap Berstatus Negara Maju dan Kaya
"Selama Hamas berpegang teguh pada ideologi kehancurannya, gencatan senjata bukanlah perdamaian. Bagi anggota Hamas, setiap gencatan senjata adalah waktu yang mereka manfaatkan untuk membangun kembali persediaan roket mereka, memposisikan kembali pejuang, dan memulai kembali pembunuhan dengan menyerang orang tidak bersalah lagi," kata Biden dalam artikel di Washington Post.
Biden menyatakan bahwa fokusnya saat ini adalah tidak hanya menghentikan perang saat ini, tetapi juga mengakhiri akar masalah secara permanen.
Tujuannya adalah memutus siklus kekerasan yang tak kunjung berakhir di Gaza dan membangun fondasi yang lebih kokoh di Gaza serta di seluruh Timur Tengah, sehingga sejarah tidak terus berulang.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Presiden AS juga mengajukan seruan kepada Israel agar menghormati hukum humaniter internasional dan berusaha meminimalisir dampak terhadap warga sipil dalam tindakan militer di kawasan Palestina.
Biden mengakui bahwa ia telah memberikan nasihat kepada pejabat Israel ketika berada di Tel Aviv, mengingatkan mereka untuk tidak membiarkan rasa sakit dan kemarahan mengarah pada kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu.
Dalam konteks ini, Biden menyatakan bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya jalan untuk mengatasi konflik yang berkepanjangan di kawasan tersebut.
Selain itu, ia menegaskan bahwa di Gaza, pemerintahan harus berada di bawah kendali Otoritas Palestina.
"Ketika kita berjuang untuk perdamaian, Gaza dan Tepi Barat harus dipersatukan kembali di bawah struktur pemerintahan tunggal, pada akhirnya di bawah Otoritas Palestina yang direvitalisasi, karena kita semua bekerja menuju solusi dua negara," tulisnya.
Selain soal Gaza, Biden juga menyoroti konflik di Tepi Barat belakangan yang dilakukan Israel terhadap warga sipil.
Dia menegaskan AS siap mengeluarkan larangan visa bagi para pelaku kekerasan di Tepi Barat.
"Saya telah bicara tegas dengan para pemimpin Israel bahwa kekerasan ekstremis terhadap warga Palestina di Tepi Barat harus dihentikan dan bahwa mereka yang melakukan kekerasan harus bertanggung jawab," tulis dia.
Sejak agresi Israel di Gaza diluncurkan 7 Oktober lalu, komunitas internasional berulang kali menyerukan agar gencatan senjata segera dilakukan di daerah kantong tersebut.
Desakan ini tak cuma ditujukan kepada Israel selaku pihak berkonflik, tetapi juga Amerika Serikat yang menjadi sekutu terbesar Negeri Zionis.
Seruan salah satunya disampaikan Presiden Jokowi saat bertemu dengan Biden beberapa waktu lalu..
Jokowi meminta Biden untuk berbuat lebih banyak guna mengakhiri agresi militer Israel ke Jalur Gaza, Palestina. Salah satu desakan ini yaitu meminta AS membantu mewujudkan gencatan senjata.
Namun saat ditanya bagaimana respons Biden atas desakan Indonesia terkait gencatan senjata, Jokowi enggan merespons lebih lanjut.
"Ya tanyakan kepada Presiden Biden," tutup Jokowi.
Selain Jokowi, seruan juga disampaikan Brunei, dan Malaysia. Bersama-sama Indonesia, mereka juga menyerukan gencatan senjata kemanusiaan secara cepat, tahan lama, dan berkelanjutan di Gaza.
Mereka menyampaikan seruan tersebut saat mengikuti pertemuan puncak dua hari dalam forum APEC Economic Leaders' Golden Gate Declaration di San Francisco pada Jumat (17/11/2023) waktu setempat.
Pernyataan bersama dari ketiga negara tersebut menyuarakan kebutuhan akan gencatan senjata kemanusiaan yang segera diimplementasikan, memiliki sifat tahan lama, dan berkelanjutan dengan tujuan mengakhiri konflik di Jalur Gaza.
Seruan ini diutarakan untuk memberikan refleksi yang lebih adil dan baik dalam mengatasi situasi Gaza selama diskusi forum internasional tersebut.
"Kami mencatat dengan prihatin atas penderitaan manusia yang sangat parah dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh perang dan konflik global. Kami menekankan bahwa konflik tersebut berpotensi mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap ekonomi global," demikian disampaikan dalam pernyataan bersama.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]