WahanaNews.co | Jepang dilaporkan mengalami 'resesi seks', seperti halnya China, Korea Selatan, hingga Singapura. Negara itu mencatat angka kelahiran kurang dari 800 ribu pada 2022.
Kondisi ini dipengaruhi tingginya biaya hidup di Jepang bagi pasangan yang sudah berkeluarga dan biaya perawatan kesuburan yang tergolong mahal. Selain itu, dari hasil survei Asosiasi Keluarga Berencana Jepang membuktikan bahwa warga jepang kurang memiliki minat untuk berhubungan seks.
Baca Juga:
YLKI Dukung Cukai Tinggi Minuman Berpemanis untuk Kurangi Konsumsi Anak
Dari 1.134 orang yang berpartisipasi, sebanyak 49 persen peserta berusia antara 16 hingga 49 tahun mengaku tidak pernah berhubungan seks dalam sebulan.
Alasan kurangnya seks penyebab utamanya adalah kelelahan bekerja, sedikit minat pada seks, atau sifat tindakan yang 'mengganggu', menurut beberapa wanita.
Dikutip dari CNN Indonesia, laporan pusat populasi Jepang lainnya dari tahun 2011 menemukan 27 persen pria Jepang dan 23 persen wanita sama sekali tidak tertarik untuk menjalin hubungan romantis.
Baca Juga:
Krisis Kelahiran di Korut: Pemerintah Penjarakan Dokter Aborsi dan Sita Alat Kontrasepsi
Selain itu, 61 persen pria dan 49 persen wanita berusia antara 18 dan 34 tahun ditemukan masih lajang. Dalam kelompok usia yang sama, 36 persen pria dan 39 persen wanita bahkan mengaku perawan.
Tak hanya itu, kebanyakan dari mereka juga ogah memiliki anak lantaran sudah merasa stres dengan pekerjaan. Mereka mengutamakan karier dan biaya malah yang dibutuhkan untuk membesarkan anak. [rna]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.