WahanaNews.co | Mahsa Amini (22) meninggal pada 16 September 2022 lalu, usai ditangkap polisi moral Iran di Teheran lantaran jilbabnya dianggap tak pantas. Sebelum meninggal, dia dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi koma.
Dia merupakan gadis asal Saqaz, Provinsi Kurdistan, Iran. Mahsa Amini lahir pada 22 Juli 2000, dikenal sebagai sosok yang penyayang dan suka menghabiskan waktu hanya dengan keluarga.
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
Mahsa Amini, yang juga dikenal sebaga Jina Amini atau Zhina Amini merupakan satu-satunya anak perempuan di keluarganya. Orangtua dan semua saudara melimpahkan kasih sayang padanya.
Setiap hari ulang tahunnya, Mahsa Amini bersama orangtua dan suadaranya selalu merayakan tiup lilin dan potong kue bersama.
Dia bahkan selalu pergi mengunjungi tempat-tempat agama bersama dengan keluarganya juga.
Mahsa Amini memiliki kepribadian yang lembut. Selain cantik, dia selalu berbicara sopan pada kerabat dan keluarganya.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
Setelah lulus dari universitas ternama, dia langsung bekerja di berbagai perusahaan untuk mendapatkan pengalaman sebagai modal dirinya membuka perusahaan sendiri.
Mahsa Amini memiliki ambisi untuk membuka perusahaan sendiri dengan tujuan membantu banyak orang yang membutuhkan pekerjaan. Cara berpakaian yang digemari gadis cantik ini adalah pakaian yang longgar dan jilbab yang menutupi kepalanya.
Pada 13 September 2022, Mahsa Amini pergi ke Teheran bersama dengan keluarganya. Saat itulah dia ditangkap oleh pasukan polisi moral Iran karena terlihat mengenakan jilbab dan pakaian longgar yang tak sesuai aturan pemerintah.
Beberapa saksi mata di tempat kejadian melaporkan bahwa ketika ditahan, Mahsa Amini sempat dipukuli oleh para petugas.
Namun, polisi Iran menyangkal petugasnya memukuli perempuan muda itu. Mereka menegaskan bahwa Mahsa Amini mengalami serangan jantung, klaim yang ditolak keluarganya karena selama ini perempuan itu dalam kondisi sehat.
Mahsa Amini meninggal pada 16 September atau tiga hari setelah ditangkap polisi moral di Teheran. Sebelum meninggal, dia jatuh koma dan dilarikan ke rumah sakit.
Kematiannya telah memicu demo besar di berbagai wilayah di Iran selama seminggu terakhir. Banyak demonstran, terutama para wanita melepas dan membakar jilbab mereka sebagai protes. Bahkan, banyak yang nekat memotong rambut mereka di tempat umum.
Demo juga berlangsung ricuh, di mana massa membakar beberapa mobil dan kantor polisi di Teheran dan beberapa kota lainnya.
Tak hanya massa yang turun ke jalan, beberapa warganet di Iran juga ikut menyuarakan protes atas kematian Mahsa Amini sehingga beberapa layanan Internet sempat diputus.
Kelompok hak asasi manusia internsional, seperti Human Rights Watch, Amnesty International, dan Center for Human Rights di Iran ikut berkabung atas kematiannya. [qnt]