China selama ini dikenal sebagai importir utama minyak mentah Iran.
Bahkan, laporan Badan Informasi Energi AS pada Mei 2025 menyebut bahwa 90 persen ekspor minyak Iran kini mengalir ke Beijing, sebagian besar melalui jalur tak resmi menggunakan negara ketiga seperti Malaysia untuk menghindari deteksi sanksi.
Baca Juga:
ASEAN Mantapkan Langkah Perkuat Kawasan Bebas Nuklir, RI Tekankan Kolaborasi Global
"Orang Iran terlibat dalam cara-cara perdagangan yang kreatif," ujar salah satu sumber.
Sementara di Washington, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump dijadwalkan membahas peningkatan kemampuan militer Iran dalam pertemuan penting yang segera berlangsung.
Sebelumnya, dalam konflik 12 hari yang mematikan, Israel mengklaim telah menguasai langit Iran, menghancurkan sejumlah fasilitas militer strategis dan membunuh jenderal hingga ilmuwan nuklir Teheran.
Baca Juga:
PMI Paluta Peduli Pangarahon Harahap Menderita Sakit Kronis.
Namun, Iran membalas dengan gempuran rudal balistik yang menghantam Tel Aviv dan Haifa, memaksa kedua pihak akhirnya duduk di meja gencatan senjata.
Kini, dengan rudal baru dari China, Iran tampaknya tidak hanya memulihkan kekuatan, tapi juga siap membangun sistem pertahanan udara yang lebih tangguh.
Sumber militer menyebut pengiriman ini bisa mencakup sistem seperti HQ-9 atau varian lainnya, yang diyakini memiliki kemampuan menghadapi pesawat tempur modern termasuk F-35 milik Israel.