Perjalanan Gantz ke Washington terjadi dalam suasana ketegangan regional yang berkelanjutan antara Israel dan musuh bebuyutannya, Iran.
Muncul pula laporan bahwa Amerika Serikat dan Israel sedang merencanakan kemungkinan latihan bersama untuk mempraktekkan penghancuran infrastruktur fasilitas nuklir Iran jika pembicaraan Wina baru-baru ini mengenai kesepakatan nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama itu gagal.
Baca Juga:
Misteri Kematian Haniyeh: Dari Spyware di WhatsApp hingga Serangan Drone
Awal tahun ini, Israel menyisihkan USD1,5 miliar dalam anggaran pertahanannya untuk mempersiapkan kemungkinan serangan terhadap Iran, baik secara mandiri atau berkoordinasi dengan sekutu AS.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov memperingatkan pada Kamis bahwa setiap latihan bersama AS-Israel melawan Iran mengancam mengacaukan situasi di "wilayah ledakan" dan "tidak diperlukan."
Diplomat Rusia itu menekankan, “Saat ini penting untuk menahan diri dan fokus untuk memfasilitasi proses negosiasi.”
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
Teheran menyalahkan sikap keras kepala AS atas kegagalan pembicaraan nuklir Wina pekan lalu, dengan putaran negosiasi lain diadakan Kamis dan berakhir setelah sekitar satu jam.
Washington secara sepihak menarik diri dari JCPOA pada 2018 dan mengaktifkan kembali sanksi keras terhadap sektor energi dan perbankan Iran.
Teheran ingin sanksi ini dihapus sebelum kembali ke komitmennya berdasarkan perjanjian. Gedung Putih ingin Iran terlebih dahulu mengurangi kegiatan pengayaan dan penimbunan uraniumnya.