Netanyahu menjelaskan bahwa keputusan mengenai kapan pasukan akan memasuki Gaza akan diputuskan oleh kabinet perang khusus pemerintah.
Namun, ia menegaskan bahwa ia tidak akan memberikan rincian mengenai waktu atau informasi lainnya terkait operasi ini.
Baca Juga:
Presiden AS Joe Biden: Tidak Menginginkan Perang Meluas di Timur Tengah
"Kami telah membunuh ribuan teroris dan ini hanyalah permulaan," kata Netanyahu dalam pernyataan yang disiarkan televisi dan dikutip Reuters, Kamis (26/10/2023).
"Pada saat yang sama, kami sedang mempersiapkan invasi darat. Saya tidak akan menjelaskan kapan, bagaimana, dan berapa banyak. Saya juga tidak akan menjelaskan berbagai perhitungan yang kami lakukan, yang sebagian besar tidak diketahui oleh masyarakat dan memang begitulah seharusnya."
Tank dan pasukan Israel berkumpul di perbatasan dengan Gaza menunggu perintah. Israel telah memanggil sekitar 360.000 tentara cadangan.
Baca Juga:
Gempuran Israel di Damaskus Berujung Kematian 4 Prajurit Garda Revolusi Iran
Adapun tekanan internasional makin meningkat untuk menunda invasi apapun ke Gaza, salah satunya karena adanya sandera.
Lebih dari setengah dari sekitar 220 sandera yang ditahan oleh Hamas memiliki paspor asing dari 25 negara berbeda.
The Wall Street Journal, yang mengutip para pejabat Amerika dan Israel, melaporkan bahwa Israel telah setuju untuk menunda invasi ke Gaza untuk saat ini sehingga Amerika Serikat dapat mengerahkan pertahanan rudal ke wilayah tersebut untuk melindungi pasukan Amerika di sana, yang mencerminkan kekhawatirannya terhadap perang Gaza yang meluas ke seluruh wilayah tersebut.