J-10 memiliki panjang badan 16,4 meter, sedikit lebih jenjang dibanding Rafale, namun dengan bentang sayap lebih sempit (9,75 meter vs 10,9 meter). Dari sisi bobot, J-10 lebih ringan, dengan berat maksimum saat lepas landas hanya 19,2 ton, sementara Rafale mampu mengangkat hingga 24,5 ton—mencerminkan keunggulan daya angkut dan kapasitas bahan bakar.
Soal kecepatan, J-10 bisa melaju hingga 2.200 km/jam, hampir setara dengan kecepatan maksimal Rafale di Mach 1.8 (sekitar 2.205 km/jam). Namun perbedaan besar muncul pada kemampuan misi: Rafale menawarkan fleksibilitas luar biasa dengan 14 hardpoint senjata dan kapasitas muatan eksternal hingga 9,5 ton. Dua mesinnya memberikan dorongan yang lebih stabil dan daya tahan tinggi di segala medan.
Baca Juga:
Perang India-Pakistan Meletus, Ekspor Batu Bara RI Terancam Anjlok
Sebaliknya, J-10 hanya mengandalkan satu mesin, namun tampil lincah, lebih ringan, dan hemat bahan bakar.
Karakteristik ini menjadikannya pilihan ideal untuk pertempuran udara cepat dan manuver taktis di kawasan yang lebih sempit.
Sistem Avionik dan Kecanggihan Sensor
Baca Juga:
Monster Udara Buatan Prancis Milik India Ini Punya Jangkauan 3.700 Km, Tapi Tetap Rontok!
Kedua jet ini sama-sama dipersenjatai dengan teknologi avionik mutakhir. J-10 dilengkapi radar phased array, sensor infra-merah, serta sistem pelacakan target berbasis laser.
Rafale tak kalah tangguh, mengandalkan radar AESA canggih, sistem peperangan elektronik, serta kemampuan menjalankan misi multi-dimensi dari darat, laut, hingga udara.
“Rafale memang unggul dalam hal misi kompleks dan integrasi senjata. Namun J-10 menunjukkan bahwa teknologi tempur China telah menembus batas-batas lama dan layak diperhitungkan di medan nyata,” kata Thomas Ehrlich, pakar militer dari European Defense Watch.