Para peneliti China, bagaimanapun, berpendapat bahwa ada kemungkinan 50% dari kasus pertama di 11 negara bagian AS dan Distrik Columbia sebelum itu, yakni pada awal April 2019, di Rhode Island, dan hingga akhir November tahun itu di Delaware.
Sampel para peneliti sebagian besar terdiri dari negara bagian AS timur laut --Massachusetts, Vermont, New Hampshire, Connecticut, Rhode Island, New York, New Jersey, Delaware, Pennsylvania, Maryland, dan Virginia.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Sampel juga dicampurkan dengan data Michigan dan Louisiana.
Sebagian besar makalah berfokus pada Maryland, lokasi Fort Detrick, yakni pangkalan Angkatan Darat AS, yang digunakan untuk meneliti senjata biologis selama Perang Dingin.
Pangkalan itu sekarang menjadi tuan rumah program pertahanan biologis AS.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Meskipun makalah tersebut tidak secara khusus menyebutkan Fort Detrick, beberapa pejabat China telah berulang kali menyatakan bahwa virus itu mungkin berasal dari sana, sebagai lawan dari spekulasi AS bahwa virus itu berasal dari penelitian keuntungan-fungsi pada virus kelelawar, yang dilakukan di Institut Wuhan (WIV).
Apa yang disebut hipotesis “kebocoran lab” berfokus pada pendanaan Institut Kesehatan Nasional AS yang diberikan kepada organisasi nirlaba bernama EcoHealth Alliance, yang bermitra dengan WIV untuk melakukan penelitian virus Corona kelelawar.
Awal pekan ini, DRASTIC, kolektif investigasi berbasis web menerbitkan dokumen yang diduga dibocorkan oleh pelapor, menunjukkan bahwa EcoHealth Alliance meminta Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan (DARPA) untuk mendanai pada tahun 2018 untuk melepaskan virus yang dimodifikasi ke gua kelelawar di China selatan, tetapi proposal ditolak karena terlalu berisiko.