WAHANANEWS.CO, Jakarta - Krisis geopolitik di Asia Selatan kembali membara. India dan Pakistan kini berada di tepi jurang perang terbuka setelah serangkaian serangan saling balas di wilayah sensitif Kashmir.
Ketegangan yang semula terselubung kini berubah menjadi konfrontasi terang-terangan, menyulut kekhawatiran akan pecahnya konflik berskala besar antara dua negara bersenjata nuklir.
Baca Juga:
Monster Udara Buatan Prancis Milik India Ini Punya Jangkauan 3.700 Km, Tapi Tetap Rontok!
Konflik dipicu pada 22 April 2025, ketika pemerintah India menuduh Pakistan berada di balik serangan berdarah di Pahalgam, Kashmir, yang menewaskan sedikitnya 26 warga sipil.
Serangan tersebut langsung menyulut amarah di New Delhi dan memicu lonceng peringatan di dunia internasional.
Ketegangan memuncak pada Selasa (6/5/2025), saat India meluncurkan rudal ke wilayah Pakistan. Tak butuh waktu lama, esok harinya (7/5/2025), Islamabad membalas dengan mengklaim telah menembak jatuh sejumlah jet tempur India.
Baca Juga:
Bara di Langit Asia Selatan, Pakistan Klaim Gasak 12 Drone Tempur India Buatan Israel
Reuters melaporkan bahwa dalam kondisi yang terus memburuk ini, India segera menggelar latihan pertahanan sipil secara nasional sebagai bentuk antisipasi terhadap kemungkinan meletusnya perang skala penuh.
Ketegangan ini kembali mengangkat sorotan terhadap rivalitas militer klasik antara dua negara tetangga yang telah lama berseteru.
Meskipun sama-sama memiliki kekuatan nuklir, India diyakini memiliki keunggulan militer yang lebih merata dalam hal kuantitas maupun modernisasi persenjataan.
Anggaran dan Modernisasi Pertahanan
India termasuk dalam jajaran negara dengan belanja pertahanan tertinggi di dunia. Laporan GlobalData akhir 2024 memproyeksikan bahwa India akan mengalokasikan total anggaran sebesar US$415,9 miliar untuk sektor pertahanan antara tahun 2025 hingga 2029.
Fokus utamanya adalah mempercepat modernisasi alutsista demi menghadapi potensi konflik dua front, yakni dengan Pakistan dan Cina.
Berbagai platform persenjataan canggih pun tengah diakuisisi, mulai dari kapal selam nuklir dan fregat kelas Nilgiri, hingga jet tempur Rafale dan Tejas Mk1A, helikopter tempur Prachand, serta tank tempur utama Zorawar.
Sebaliknya, anggaran militer Pakistan masih relatif kecil. Pada 2023, proyeksi belanja pertahanan negara itu hanya berkisar US$10 miliar pada 2028, dengan pertumbuhan tahunan sekitar 2,5 persen.
Fokus utamanya terletak pada stabilitas domestik serta pengamanan perbatasan, termasuk dalam menghadapi ancaman dari kelompok separatis.
Kekuatan Udara
Dari segi udara, India mengoperasikan kekuatan yang lebih besar dan modern. Angkatan Udara India saat ini memiliki sekitar 220 unit Su-30MKI, 36 jet Rafale asal Prancis, serta sejumlah pesawat MiG-29, Mirage 2000, dan jet tempur dalam negeri Tejas.
Keunggulan ini memberi India posisi strategis dalam dominasi udara.
Pakistan mengandalkan kombinasi jet tempur Barat dan Tiongkok. Sekitar 120 unit JF-17 Blok I dan II hasil kolaborasi dengan Cina menjadi tulang punggung kekuatan udaranya, ditambah 12 unit J-10C yang mulai dioperasikan sejak 2022.
Meski masih mengandalkan F-16A/B dan Mirage lama, jumlahnya jauh lebih terbatas dibandingkan milik India.
Kekuatan Darat
Di lini darat, India kembali menunjukkan keunggulan. Lebih dari 2.000 kendaraan tempur BMP-II dimiliki Angkatan Darat India, dilengkapi dengan tank-tank tempur utama seperti T-90S dan Arjun Mk1A.
India juga memperkuat lini artileri dengan sekitar 100 howitzer self-propelled K9A1 dan sistem pertahanan udara modern seperti S-400 Rusia dan Barak-8 buatan Israel.
Pakistan menempatkan kekuatan pada tank Al Khalid-1 yang dikembangkan bersama Cina, serta tank VT-4 produksi Norinco.
Di sektor artileri, Pakistan masih menggunakan howitzer M109A5 buatan AS serta sistem pertahanan udara seperti HQ-9/P dan LY-80 dengan jangkauan maksimum sekitar 125 km.
Kekuatan Laut
Di samudra, India memiliki dominasi mutlak. Angkatan Laut India mengoperasikan dua kapal induk, yakni INS Vikrant buatan dalam negeri dan INS Vikramaditya bekas Rusia.
Armada ini diperkuat dengan belasan kapal perusak dan kapal selam, termasuk pengembangan kapal selam nuklir dalam Proyek 75-Alpha yang menelan anggaran hingga US$17 miliar.
Sementara itu, Pakistan tidak memiliki kapal induk. Kapal perangnya terbatas pada fregat Type 054 A/P dan F-22P buatan Tiongkok. Kapal selam yang digunakan sebagian besar merupakan Agosta buatan Prancis, yang kini dianggap sudah usang dan kurang relevan menghadapi perang laut modern.
Kekuatan Nuklir
India dan Pakistan masing-masing memiliki sekitar 170 hulu ledak nuklir, namun pendekatan strategis mereka berbeda. I
ndia menghabiskan sekitar US$2,7 miliar untuk senjata nuklir pada 2023, sedangkan Pakistan mengalokasikan sekitar US$1 miliar.
India fokus pada rudal jarak jauh dan peluncur berbasis laut, sementara Pakistan mengandalkan rudal balistik jarak pendek dan menengah yang mendapat dukungan teknis dari Tiongkok.
Keduanya belum menandatangani Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), yang membuat status senjata nuklir mereka tak diakui secara hukum internasional.
Kendati demikian, mereka terus mengembangkan sistem peluncuran mutakhir seperti rudal Agni-P yang dimiliki India.
Rudal Hipersonik
India kini masuk dalam jajaran negara dengan teknologi rudal hipersonik. Pada November lalu, India sukses menguji coba rudal hipersonik jarak jauh buatan dalam negeri.
Uji coba tersebut berlangsung di Pulau Dr. APJ Abdul Kalam, di lepas pantai timur Odisha, dan digarap oleh Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan (DRDO) bersama mitra industri lokal.
Rudal ini dirancang mampu mengangkut muatan hingga sejauh lebih dari 1.500 km dan dianggap sebagai lompatan besar dalam penguasaan teknologi senjata generasi masa depan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]