Selanjutnya, Jokowi bertemu tiga pemimpin organisasi internasional. Mulai dari Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgiva.
Selain di pertemuan bilateral, efek perang Ukraina terhadap rantai pasok pangan juga disampaikan Jokowi secara terbuka di KTT G7 Sesi II dengan topik ketahanan pangan dan kesetaraan gender.
Baca Juga:
Helikopter Bekas Jatuh di Ukraina, Pertanda Retaknya Kepercayaan pada Alutsista Barat
Jokowi meminta adanya reintegrasi ekspor gandum Ukraina serta ekspor komododitas pangan dan pupuk Rusia dalam rantai pasok global. Kepala negara pun meminta dukugan negara G7 untuk mengupayakan hal tersebut.
Jokowi menyebut dua cara yang bisa ditempuh, pertama yaitu membantu ekspor gandum Ukraina dapat segera berjalan.
Kedua, komunikasi secara proaktif kepada publik dunia bahwa pangan dan pupuk dari Rusia tak dikenai sanksi. “Komunikasi intensif ini perlu sekali dilakukan," kata Jokowi.
Baca Juga:
Pegawai Hotel Pembobol Brankas WN Ukraina di Gorontalo Ditangkap
Sehingga, tidak terjadi keraguan yang berkepanjangan di publik internasional.
"Komunikasi intensif ini juga perlu dipertebal dengan komunikasi ke pihak-pihak terkait seperti bank, asuransi, perkapalan dan lainnya,” ujar eks Gubernur DKI Jakarta ini.
Permintaan disampaikan di tengah sederet sanksi ekonomi yang dijatuhkan Eropa ke Rusia yang menggempur Ukraina sejak 24 Februari lalu. Komoditas gandum Ukraina adalah salah satu yang terdampak akibat perang yang terus berlangsung di sana. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.