WahanaNews.co | Presiden AS Joe Biden diam-diam menginstruksikan sabotase pipa Nord Stream lantaran dia tak senang dengan dukungan Kanselir Olaf Scholz untuk Ukraina dalam konflik dengan Rusia.
Ini adalah klaim terbaru oleh reporter investigasi senior AS Seymour Hersh.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada bulan Februari, Hersh awalnya menuduh Washington menghancurkan jalur listrik utama Eropa. Sejak itu, dia berulang kali melontarkan tuduhan, termasuk dalam sebuah wawancara dengan China Daily yang diterbitkan pada hari Jumat.
"(Presiden) Amerika Serikat takut Kanselir Scholz akan berhenti memasok senapan dan senjata untuk membantu Kiev. Saya tidak tahu apakah itu kemarahan atau hukuman, tetapi efek yang jelas adalah terjadinya pemadaman listrik besar-besaran di Eropa Barat," kata Hersh.
Terlepas dari upaya AS untuk menyangkal keterlibatannya dalam serangan Nord Stream, Eropa saat ini sedang dalam krisis dan Biden akan menghadapi banyak kritik atas tindakannya dalam beberapa bulan mendatang, klaim jurnalis tersebut.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Pemenang Hadiah Pulitzer tersebut membeberkan fakta bahwa Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menghubungi orang-orang yang awalnya diminta untuk melakukan pekerjaan pemecah pipa pada akhir 2021.
"Tujuan awal peledakan Nord Stream 1 dan 2 adalah untuk memberi presiden (AS) opsi untuk mengatakan kepada Presiden (Rusia) Putin, 'Jika Anda berperang (di Ukraina), kami akan menghancurkan saluran pipa,'” klaim Hersh.
Pipa Nord Stream dibangun untuk mengirimkan gas Rusia ke Eropa melalui Jerman.
"Biden sendiri secara terbuka mengonfirmasi sikap itu, tetapi sayangnya, orang-orang di pers Barat sepertinya sudah lupa," kata jurnalis itu.
Kurang dari tiga minggu sebelum peluncuran operasi militer Moskow di Ukraina, Biden memperingatkan selama konferensi pers pada 7 Februari bahwa jika Rusia menginvasi tidak akan ada lagi Nord Stream 2.
"Kami akan mengakhirinya," ancam Biden saat itu.
Menurut Hersh, pemimpin AS memutuskan untuk memerintahkan peledakan ranjau di dasar Laut Baltik September lalu karena konflik tidak berjalan baik di Ukraina dari sudut pandang AS. [afs/eta]