WahanaNews.co | Turki tunda dialog dengan Swedia dan Finlandia terkait keinginan kedua negara masuk NATO, buntut insiden pembakaran Al Quran di Stockholm.
Seorang sumber diplomatik Turki mengatakan pertemuan tiga pihak itu telah diundur dari Februari ke "tanggal yang akan datang" tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
Keputusan tersebut dianggap bakal mengurangi prospek kedua negara untuk bergabung dengan NATO sebelum pemilihan presiden dan parlemen Turki di Bulan Mei mendatang.
Penundaan ini diumumkan setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan mengecam pembakaran Al Quran yang dilakukan seorang politikus Swedia, Rasmus Paludan, saat demo di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm.
Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, lantas menyerukan warganya untuk "refleksi dan tenang" agar negaranya bisa kembali melanjutkan pembicaraan dengan Finlandia dan Turki.
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
Terkait protes, Kristersson menuding ada provokator yang ingin merusak hubungan antara Swedia dengan negara-negara lain. Dia menduga provokator itu ingin menggagalkan upaya mereka bergabung dengan NATO.
"Tidak ada masalah keamanan nasional yang lebih penting dibandingkan kami, bersama Finlandia, secepatnya menjadi anggota NATO," kata Kristersson seperti dikutip AFP.
Finlandia dan Swedia sejak lama menyatakan keinginan untuk bergabung dengan NATO. Namun, untuk menjadi anggota, mereka harus mengantongi restu dari semua anggota NATO, termasuk Turki.
Sejauh ini, baru 28 dari 30 negara anggota NATO yang telah memberikan ratifikasi terhadap kedua negara tersebut.
Dua negara yang belum memberikan suara yakni Hungaria dan Turki.
Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban, telah berjanji bahwa parlemennya akan menyetujui permintaan Finlandia dan Swedia menjadi anggota NATO pada bulan depan.
Turki sendiri masih terus menggelar pembicaraan mengenai kemungkinan Finlandia dan Swedia masuk NATO.
Namun, setelah insiden pembakaran Al Quran, Erdogan menyatakan Swedia tak usah lagi mengharapkan dukungan dari Turki.
"Swedia seharusnya tidak mengharapkan dukungan kami untuk NATO," kata Erdogan dalam tanggapan resmi pertamanya, seperti dikutip AFP.
"Jelas mereka yang menyebabkan aib seperti itu di depan kedutaan besar negara kami tidak lagi dapat mengharapkan kebaikan dari kami atas permohonan mereka untuk menjadi anggota NATO."
Pembakaran Al Quran itu sendiri dilakukan Paludan saat berdemonstrasi di depan Kedubes Turki di Stockholm pada akhir pekan lalu.
Saat itu, sejumlah warga berdemonstrasi usai Erdogan mendesak Swedia agar tak lagi melindungi aktivis Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang kabur dari Turki ke negara itu.
Selama ini, Turki menganggap PKK sebagai kelompok teroris.
Permintaan itu merupakan salah satu syarat dari Erdogan jika Swedia ingin mengantongi restu Turki untuk masuk NATO. [rgo]